Jumat, 22 Juli 2016

BERTAUHIDLAH SECARA BENAR, JANGAN DICAMPUR ADUKKAN DENGAN RITUAL TRADISI BUDAYA SYRIK WARISAN LELUHUR

Sebagaimana diketahui dari catatan sejarah, bahwa nenek moyang bangsa Indonesia yang hidup di dalam zaman jahiliyah samasekali tidak memiliki pengetahuan tentang agama samawi .  Mereka memeluk kepercayaan yang dikenal dengan nama animisme dan dinamisme.Kemudian setelah berkuasanya raja-raja dan masuknya agama Budha dan Hindu mereka beralih memeluk agama tersebut sampai masuknya Islam ketanah air ini.
Semestinya dengan dijadikannya Islam sebagai agama tauhid yang mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala  maka segala bentuk kepercayaan dan keyakinan yang ada sebelumnya  baik kepercayaan animisme, dinamisme, Budha dan Hindu telah ditinggalkan, begitu pula segala bentuk tradisi yang bertentangan dengan tauhid.
Meskipun Islam telah dijadikan pegangan oleh sebagian terbesar oleh masyarakat dinegeri ini, namun sangat disayangkan ternyata dibanyak tempat oleh mereka-mereka baik yang hidup di daerah pesisir mapun pegungungan, baik yang tinggal dipelosok-pelosok sampai yang ada dikota-kota tradisi dan adat kepercayaan dari zaman jahiliyah ( animisme dan dinamisme) masih banyak yang mewarnai kehidupan keseharian mereka.
Betapa banyak diantara mereka-mereka yang melaksanakan syari’at islam dalam kesehari-hariannya seperti melakukan sholat 5 waktu, berpuasa dan syari’at lainnya yang diperintahkan Islam, tetapi disamping itu juga mereka masih akrab  dan aktif pula melakukan ritual-ritual tradisi warisan budaya dari nenek moyang yang sesungguhnya sangatlah bertentangan dengan ajaran Islam.

Kepercayaan dan tradisi budaya warisan leluhur

Mempertahankan dan melestarikan kepercayaan nenek moyang dan leluhur yang hidup di abad-abad yang lampau  yang diwarisi secara turun temurun tersebut sepertinya sudah menjadi kebutuhan untuk dilakukan dalam kepentingan dan sarana meminta perlindungan dan pertolongan oleh sebagian kalangan kaum muslimin sebagaimana yang dulu dilakukan orang-orang jahiliyah yang aninisme.
Sesungguhnya banyak sekali ragam tradisi adat istiadat dan budaya yang diwarisi dari leluhur oleh berbagai ragam suku yang ada di negeri ini yang berkaitan dengan kepercayaan atau keyakinan adanya sesuatu kekuatan ghaib yang mengatur alam semesta ini. Mereka-mereka tersebut melakukan penyembahan-penyembahan  kepada para dewa-dewa, jin-jin, gunung, bebatuan, pepohonan dan apa saja yang sebenarnya termasuk makhluk yang diciptakan oleh Allah Yang Maha Pencipta. Mereka-mereka tersebut mencintai dan takut kepada apa yang disembahnya
Kepercayaan para leluhur dan nenek moyang diabat-abad lampau tersebut tidak saja terbatas kepada ruang lingkup penyembahan kepada makhluk selain Allah , tetapi sebenarnya lebih luas lagi yaitu kepercayaan kepada adanya roh-roh orang-orang sudah mati yang dapat dimintai pertolongan. Mereka juga sangat mempercayai kepada dukun-dukun dan tukang sihir, mempercayai keampuhan jimat-jimat, mempercayai adanya kesialan, mempercayai bahwa benda-benda mati mempunyai roh yang dapat mendatangkan kemudharatan dan kebaikan, melakukan penyembelihan hewan sebagai korban dan tumbal.
Kepercayaan kepada adanya kekuatan gaib selain Allah tersebut  diaplikasikan dengan melakukan berbagai ritual-ritual adat yang terkait dengan kepercayaan mereka seperti ritual tolak bala dan memberikan sesajen , tepung tawar dan banyak ritual-ritual lainnya lagi yang menunjukkan keterikatan mereka dengan roh-roh dan jin. Apa saja bagian dari kehidupan manusia sejak dari dalam kandungan hingga matinya tidak pernah lepas dari berbagai ritual yang sebenarnya bersumber dari kepercayaan yang berasal dari tradisi dan budaya nenek moyang yang jahilyah.
Cara penyembahan yang dilakukan oleh mereka-mereka tersebut adalah dengan memberikan sesajen serta tumbal pada tempat-tempat yang dianggap sebagai domisilinya roh-roh dan para jin serta yang mereka namakan dewa-dewa.Seperti di laut, sungai, danau, kolam, perigi atau selokan-selokan ). Ada pula yang menggantungkan sesajen di pohon-pohon besar yang diyakini ada jin atau makhluk halus  penunggu pohon-pohon tersebut.
Adapula yang percaya kepada kekuatan magis benda-benda pusaka seperti keris, tombak, gamelan dll , yang untuk itu pada waktu-waktu tertentu diadakan ritual penghormatan dengan memandikannya secara khusus, dapada malam-malam tertentu diberikan bunga-2an dan dupa. Ritual dan penghormatan tsb dilakukan agar sipemilik senjata pusaka terhindar dari malapetaka yang diakibatkan kekuatan magis atau roh yang ada di benda-benda pusaka tersebut.
Kepercayaan para leluhur atau nenek moyang yang digambarkan diatas selanjutnya terus diwarisi secara turun temurun dari generasi kegenerasi berikutnya sampai kepada generasi sekarang dengan nama tradisi adat dan budaya leluhur..
Berbagai perilaku yang menunjukkan bahwa terus dipertahankannya tradisi adat dan budaya berupa kepercayaan kepada selain Allah yang dilakukan oleh sebagian kalangan kaum muslimin dinegeri ini antara lain:
1.Diselenggarakannya berbagai pesta adat budaya yang bentuknya memberikan sesembahan beruapa sesajen dan tumbal seperti pada pesta laut, pesta sedekah bumi, pemberian sesajen dan tumbal pada kawah-kawah gunung, menggantungkan sesajen pada pohon-pohon besar seperti pada pohon beringin.
2. Dalam melakukan berbagai hajatan yang dilakukan oleh perorangan seperti pesta perkawinan sampai kepada hajatan yang berkenaan dengan kelahiran atau yang lainnya biasanya dilakukan pula berbagai ritual yang tidak ketinggalan menyediakan sesajen.
 3. Melakukan penyembelihan hewan ternak untuk tumbal sebagai bentuk pengorbanan kepada makhluk yang dikuatirkan akan menimbulan bencana dan malapetaka .Tumbal diberikan-biasanya pada acara-acara peresmian pembangunan proyek-proyek jembatan, bendungan, jalan, pabrik dan pembukaan tambang-tambang baru.
3.Mendatangi kuburan-kuburan dan tempat tempat keramat dengan membawa bunga-bungaan  lalu berdoa menyampaikan berbagai hajat .
4.Bernazar di kuburan-kuburan dan tempat-tempat yang dianggap berkeramat.
5.Mendatangi dan mempercayai dukun,para normal, orang-orang pintar serta tukang sihir untuk keperluan pengobatan dan keperluan lainnya seperti memasang susuk, penglaris, guna-guna, tahan terhadap senjata , ramalan dan lain-lain  sebagainya.
6.Mempercayai jimat sebagai pelindung diri dan jimat yang memiliki kemampuan yang bertuah.
7.Mempercayai adanya hari, tanggal dan bulan yang mengandung kesialan seperti hari dan tanggal kelahiran, bulan suro.
8.Mempercayai akan datangnya kesialan dari tanda-tanda seperti suara burung, adanya ular yang melintas yang di dalam Islam disebut sebagi tathoyur.
9.Melakukan ritual-ritual tolak bala dengan tepung tawar pada berbagai upacara. Melakukan ruwatan, menyiramkan air kembang yang sudah diberikan doa pada kendaraan agar terhindar dari kecelakaan
10.Menyediakan nasi tumpeng dalam berbagai ragam kegiatan seperti ulang tahun sebagai bentuk wujud rasa syukur kepada sang pencipta ( ?) pada hal nasi tumpeng bagian dari kepercayaan leluhur.
Sebenarnya banyak lagi ragam bentuk perbuatan yang di akrabi oleh sebagian orang di negeri ini yang merupakan kepercayaan warisan dari leluhur yang dianggap sebagai tradisi adat dan budaya,namun bukan pada tempatnya untuk membahas masalah tersebut  secara terperinci.

Tradisi dan budaya nenek moyang yang syirik

Mengapa kebanyakan tradisi dan budaya nenek moyang yang melakukan ritual-ritual sebagaimana yang digambarkan diatas dipandang dari kacamata tauhid disebut syirik dan sangat dilarang untuk dilakukan oleh setiap muslim. Hal ini disebabkan bahwa semua ritual ritual seperti  memberikan sesajen dan melakukan penyembelihan untuk keperluan ritual adat tidak lain adalah bentuk kepercayaan adanya kekuatan yang ditakuti dan disegani seperti jin  sehingga diberikan sesembahan agar jin tersebut tidak membuat mudharat serta memberikan manfaat kepada mereka. Mereka-mereka yang melakukan ritual semacam itu dapat dipastikan mempunyai motip agar mereka mendapatkan perlindungan dari marabahaya, terhindar dari gangguan dan kemarahan makhluk gaib atau jin atau agar dapat memberikan pertolongan dll sebagainya.Perilaku seperti ini sama saja artinya mereka-mereka tersebut meyakini dan mempercayai  bahwa selain Allah ada pula sesuatu kekuatan lain yang sama kedudukannya dengan Allah Subhana wa ta’ala . Padahal  sesungguhnya hanya Allah yang Maha Kuasa yang dapat memberikan perlindungan dan pertolongan.
Di dalam syari’at islam telah digariskan bahwa seseorang yang menyamakan kedudukan selain Allah sama dengan kedudukan Allah Subhana wa ta’ala berarti telah mensekutukan Allah Yang Maha Esa  atau berbuat syirik. Meskipun mereka tidak langsung menyebutkannya atau tidak langsung melakukan penyembahan, namun perilaku mereka jelas-jelas menunjukkan bahwa mereka menyekutukan Allah Subhana wa ta’ala.
Menurut  Al-Qur'anul Karim bahwa umat islam wajib untuk mengimani tauhid atau ke Esaan Allah Ta’ala, yaitu tauhid Rububiyah, tauhid Uluhiyah dan tauhid Asma wal sifat.

Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyah adalah mengesakan Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap makhluk. . Tauhid ini meliputi kepercayaan bahwa Allah lah yang menciptakan langit dan bumi serta seluruh alam semesta ini termasuk jin dan manusia. Hanya  Allah lah yang menghidupkan dan  mematikan, Hanya Allah lah yang mengatur seluruh alam semesta ini, hana Allah yang mengatur siang dan malam, hanya  Allah lah yang memelihara alam semesta ini, hanya Allah lah yang memberikan pertolongan dan perlindungan, hanya Allah lah yang memberikan rezeki, hanyalah Allah lah yang dapat memberikan/mendatangkan  kebaikan dan kemaslahatan dan hanya Allah lah yang dapat memberikan/mendatangkan kemudharatan.

Mengenai tauhid rububiyah/penciptaan  ini sesuai dengan firman Allah ta’ala dalam surah  AzZumar (39) ayat 62:

اللَّهُ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ

Allah menciptakan segala sesuatu dan Dia memelihara segala sesuatu.

Dalam surah Huud ayat 6 Allah ta’ala berfirman :

وَمَا مِن دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُّبِينٍ

Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya [Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh).

Selanjutnya dalam al-Qur’an surah Ali Imran (3) ayat 26 Allah ta’ala berfirman :

قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Katakanlah: "Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu

Begitu pula dalam al-qur’an surah Ali Imran ayat 27 disebutkan firman Allah

تُولِجُ اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الَمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ

Engkau masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup [191]. Dan Engkau beri rezki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas)".

Allah subhana wa ta’ala sangat tidak menyukai  dan Allah telah menafikan sekutu atau pembantu dalam kekuasaan-Nya. Sebagaimana Dia menafikan adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian rizki. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surah Luqman ayat 11 :

هَذَا خَلْقُ اللَّهِ فَأَرُونِي مَاذَا خَلَقَ الَّذِينَ مِن دُونِهِ بَلِ الظَّالِمُونَ فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ

Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu kepadaku apa yang telah diciptakan oleh sembahan-sembahan(mu) selain Allah. Sebenarnya orang- orang yang zalim itu berada di dalam kesesatan yang nyata.

Tradisi warisan leluhur bukan bagian dari syari’at  Islam

Islam adalah agama tauhid yang mengesakan Allah, islam hanya mengakui Allah sebagai yang maha esa dan tidak ada sekutu baginya, sebagaimana disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh imam Bukhari dan Muslim

عَنْ أَبِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله وسلم يَقُوْلُ : بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ : شَهَادَةُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّداً رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامُ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءُ الزَّكَاةِ وَحَجُّ الْبَيْتِ وَصَوْمُ رَمَضَانَ. [رواه الترمذي ومسلم ]

Abu Abdurrahman, Abdullah bin Umar bin Khathab"Islam didirikan diatas lima perkara yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, mengerjakan haji ke baitullah dan berpuasa pada bulan ramadhan".( Arba’in Imam An-Nawawi)

Al-Qur’an surah  Al Baqarah (2) ayat 132 menyebutkan :

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Dalam al-Qur’an surah Ali Imran (3)Ayat  102:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.

Islam itu memiliki aturan yang sangat sempurna, yaitu al-Quran dan as-sunnah  kemudian memerintahkan umatnya dalam melaksanakan syari’atnya wajib berpegang kepada keduanya. Sebagaimana yang di firmankan Allah ta’ala dalam al-Qur’an surah Al Jaatsiyah (45) ayat 20a;

هَذَا بَصَائِرُ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّقَوْمِ يُوقِنُونَ

Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini.

Kemudian dalam surah  Luqman (31 )ayat 3- disebutkan
هُدًى وَرَحْمَةً لِّلْمُحْسِنِينَ
menjadi petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang berbuat kebaikan,

Dalam kitab Bulughul Maram Ibnu Hajar Al-Ashqolani-Kitab Jami'disebutkan
dari Tamim al-Daary Radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Agama adalah petunjuk (bagi manusia)" -Beliau mengulangi tiga kali-. Kami bertanya: Untuk siapa wahai Rasulullah?. Beliau bersabda: "(Petunjuk manusia) untuk berbuat baik kepada Allah, Kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin kaum muslimin, dan kepada umat islam pada umumnya."
Riwayat Muslim.
Islam itu secara lengkap sudah mengatur tentang tata cara peribatan dan menolak cata peribatan selain yang telah digariskan karena islam sudah sempurna sebagaimana firman Allah ta’ala dalam surah al-Maidah ( 5 ) ayat 3 :

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُواْ بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya [dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Karenanya mengingat tradisi budaya warisan leluhur dengan berbagai macam perilaku nya tersebut tidak bersesuaian dan tidak sejalan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah , maka ia harus ditolak dan dijauhi oleh segenap umat muslim. Tradisi budata warisan leluhur bukan bagian dari syari’ai islam sehingga tidak layak untuk dilestarikan.

Wajib bagi segenap anak manusia yang telah  mengikrarkan kesaksiannya tentang ke maha  Esaan Allah  untuk hidup dan mati dalam islam sesuai firman Allah ta’ala dalam al-Qur’an surah Al Baqarah (2) ayat 132:

وَوَصَّى بِهَا إِبْرَاهِيمُ بَنِيهِ وَيَعْقُوبُ يَا بَنِيَّ إِنَّ اللّهَ اصْطَفَى لَكُمُ الدِّينَ فَلاَ تَمُوتُنَّ إَلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ
Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

Berikut ini beberapa firman Allah  berkaitan dengan tauhid
1. Surah  Az Zukhruf (43)  Ayat 28- :
وَجَعَلَهَا كَلِمَةً بَاقِيَةً فِي عَقِبِهِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
\
Dan (lbrahim a. s.) menjadikan kalimat tauhid itu kalimat yang kekal pada keturunannya supaya mereka kembali kepada kalimat tauhid itu


Maksudnya: Nabi Ibrahim  menjadikan kalimat tauhid sebagai pegangan bagi keturunannya sehingga kalau terdapat di antara mereka yang mempersekutukan Tuhan agar mereka kembali kepada Tauhid itu.

2.Surah Al Anbiyaa' (21) ayat 92-
إِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاعْبُدُونِ
Sesungguhnya (agama Tauhid) ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Ak

3. Surah Al Mu'minuun (23) ayat 52 :

وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ
Sesungguhnya (agama tauhid) ini, adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka bertakwalah kepada-Ku.

Melakukan ritual tradisi budaya leluhur dengan mengharapkan perlindungan dan pertolongan adalah perbuatan yang tersesat ,padalah Allah telah menunjukkan jalan yang benar dengan bertauhid/mengesakan Allah sebagaimana yang difirman Allah dalam surah  Al Baqarah (2) ayat 256 :

لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut [162] dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Allah ta’ala telah menyeru seluruh hambanya  kejalan tauhid  sebagaimana firman-Nya dalam al-Qur’an surah  Yunus (10) ayat 25 “
وَاللّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلاَمِ وَيَهْدِي مَن يَشَاء إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
685

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam) [685].

Dalam surah  Al Anfaal (8) ayat 8 Allah ta’ala berfirman :

لِيُحِقَّ الْحَقَّ وَيُبْطِلَ الْبَاطِلَ وَلَوْ كَرِهَ الْمُجْرِمُونَ
agar Allah menetapkan yang hak (Islam) dan membatalkan yang batil (syirik) walaupun orang-orang yang berdosa (musyrik) itu tidak menyukainya

Allah ta’ala berfirman dalam surah Ali Imran (3) ayat 85:

وَمَن يَبْتَغِ غَيْرَ الإِسْلاَمِ دِينًا فَلَن يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الآخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak- lah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.

Akhirnya kepada segenap umat islam umumnya dan khususnya kepada mereka-mereka  terbiasa melakukan ritual-ritual tradisi budaya warisan leluhur untuk segera meninggalkan kebiasaan tersebut dan selanjutnya bertaubat  karena telah berbuat kesyirikan kepada Allah. Bertauhidlah secara benar, jangan dicampur adukkan dengan ritual tradisi budaya warisan leluhur.Wallaahu ta’ala  ‘alam

Loabakung,   12 Syawal 1437 Hijriah
Farabi al-Banjari

Sumber : 1. Al-Qur’an dan Terjemahan , www.Salafi DB.4.0

                2. Ensiklopedi Kitab Hadits 9 Imam, www.Lidwapusaka

Kamis, 21 Juli 2016

SISI - SISI BURUK/NEGATIF DUNIA MAYA DIPANDANG DARI KACAMATA AGAMA ( BAG. KESEPULUH )

Maraknya berbagai Penipuan

Dunia maya / internet banyak dipenuhi berbagai bentuk penipuan yang dilakukan oleh mereka mereka yang tidak bertanggung . Ada yang melakukannya dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan disegi ekonomi dengan menawarkan berbagai  produk  sebagai barang dagangan melalui online namun ternyata fiktip dimana pesanan tidak pernah dipenuhi meskipun uang pembayaran sudah masuk kedalam rekeningnya. Adapula barang yang dikirimkan tidak sesuai dengan pesanan. Melalui dunia maya  banyak pula penipuan berupa undian berhadiah. Selain itu adapula penipuan –penipuan yang bermotif non ekonomi, sebagai contoh melalui facebook mengajak berteman kemudian mengajak  bertemu namun ujung-ujungnya menimbulkan masalah. Pendek kata berbagai modus operandi penipuan dilakukan oleh sebagian orang terhadap yang lainnya dengan menggunakan sarana dunia maya karena dengan menggunakan fasilitas di dunia  maya sangat memudahkan mereka melakukan aksinya yang tidak dapat ditoleran.
Islam mengharamkan semua bentuk penipuan karenanya seluruh umatnya dilarang untuk melakukan penipun dalam bentuk apapun juga.
Hadits Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diriwayatkan oleh imam Muslim dalam shahihnya menyebutkan :

صحيح مسلم ١٤٦: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا يَعْقُوبُ وَهُوَ ابْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْقَارِيُّ ح و حَدَّثَنَا أَبُو الْأَحْوَصِ مُحَمَّدُ بْنُ حَيَّانَ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي حَازِمٍ كِلَاهُمَا عَنْ سُهَيْلِ بْنِ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ حَمَلَ عَلَيْنَا السِّلَاحَ فَلَيْسَ مِنَّا وَمَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا
Shahih Muslim 146: Telah menceritakan kepada kami Qutabiah bin Sa'id telah menceritakan kepada kami Ya'qub -yaitu Ibnu Abdurrahman al-Qari-. (dalam riwayat lain disebutkan) Dan telah menceritakan kepada kami Abu al-Ahwash Muhammad bin Hayyan telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Hazim keduanya dari Suhail bin Abu Shalih dari bapaknya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Barangsiapa membawa pedang untuk menyerang kami, maka dia bukan dari golongan kami. Dan barangsiapa menipu kami, maka dia bukan golongan kami."

Terkait dengan penipuan jual beli secara online juga merupakan bagian dari penipuan dalam dunia jual beli , dalam hadits riwayat imam Bukhari sebagai berikut :

صحيح البخاري ٦٤٤٨: حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ عَنْ مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَى عَنْ النَّجْشِ

Shahih Bukhari 6448: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa'id dari Malik dari Nafi' dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam melarang (jual beli) najasy (penipuan).

Dalam hadits lain yang diririwayatkan imam Abu Daud dalam sunannya disebutkan :

سنن أبي داوود ٢٩٩٥: حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ حَنْبَلٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ بْنُ عُيَيْنَةَ عَنْ الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَرَّ بِرَجُلٍ يَبِيعُ طَعَامًا فَسَأَلَهُ كَيْفَ تَبِيعُ فَأَخْبَرَهُ فَأُوحِيَ إِلَيْهِ أَنْ أَدْخِلْ يَدَكَ فِيهِ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهِ فَإِذَا هُوَ مَبْلُولٌ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْسَ مِنَّا مَنْ غَشَّ
حَدَّثَنَا الْحَسَنُ بْنُ الصَّبَّاحِ عَنْ عَلِيٍّ عَنْ يَحْيَى قَالَ كَانَ سُفْيَانُ يَكْرَهُ هَذَا التَّفْسِيرَ لَيْسَ مِنَّا لَيْسَ مِثْلَنَا

Sunan Abu Daud 2995: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Hanbal, telah menceritakan kepada kami Sufyan bin 'Uyainah, dari Al 'Ala` dari ayahnya dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melewati seorang laki-laki yang menjual  makanan, kemudian ia bertanya kepadanya; bagaimana engkau berjualan? Kemudian orang tersebut memberitahukan kepada beliau bagaimana ia berjualan. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam diberi wahyu; masukkan tanganmu ke dalam makanan tersebut! Kemudian beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, dan ternyata makanan tersebut basah. Lalu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Bukan dari golongan kami orang yang menipu."

Menasehati sesama muslim merupakan kewajiban setiap muslim, bahkan dia merupakan salah satu dari tiang penyangga tegaknya agama ini. Karenanya termasuk kesalahan besar jika seorang muslim menipu atau mencurangi saudaranya sesama muslim. Sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ‘bukan golonganku’ ‘bukan golongan kami’, menunjukkan bahwa penipuan dan kecurangan merupakan dosa yang sangat besar dan bukan merupakan dosa yang kecil. Penipuan dan kecurangan juga termasuk kezhaliman, dan sudah jelas hukuman Allah kepada setiap pelaku kezhaliman di muka bumi ini
.
Karenanya Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam telah mengharamkan dengan tegas semua bentuk penipuan dan kecurangan dalam hal apapun dan dalam keadaan bagaimanapun.
Sehubungan dengan itu maka kita perlu berhati-hati terhadap dunia maya karena kemungkinan adanya upaya-upaya penipuan yang dilakukan orang terhadap kita , janganlah sampai diantara kita ada yang menjadi korban penipuan oleh mereka-mereka yang tidak bertanggung  jawab yang kemungkinan akan menimbulkan kerugian baik material termasuk kerugian nor material.Berhati-hatilah jangan sampai terbujuk oleh rayuan para penipu. Wallaahu ta’ala ‘alam.

Samarinda , Kota Tepian, 9 Syawal 1437 H

By : Abu Farabi al-Banjari

S u m b e r :

1.     Al-Qur’an dan Terjemahan, www.Salafy.Db.4.o

2.     Ensiklopedi Kitab Hadits 9 imam, www. Lidwapusaka 

Kamis, 14 Juli 2016

KEMATIAN SEBUAH KENISCAYAAN

As bright as any sun dusk will pick up, she slowly faded and twilight threshold to be extinguished
That was a life term would be invited
Death is a necessity for every human child

. Obligatory to believe in death

Every son of man must believe in death as a condition outlined in destiny by Allah. Will it be mentioned in the hadith of the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam, as narrated by Imam at-Tirmidhi:

سنن الترمذي 2071: حدثنا محمود بن غيلان حدثنا أبو داود قال أنبأنا شعبة عن منصور عن ربعي بن حراش عن علي قال
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يؤمن عبد حتى يؤمن بأربع يشهد أن لا إله إلا الله وأني محمد رسول الله بعثني بالحق ويؤمن بالموت وبالبعث بعد الموت ويؤمن بالقدر
حدثنا محمود بن غيلان حدثنا النضر بن شميل عن شعبة نحوه إلا أنه قال ربعي عن رجل عن علي قال أبو عيسى حديث أبي داود عن شعبة عندي أصح من حديث النضر وهكذا روى غير واحد عن منصور عن ربعي عن علي حدثنا الجارود قال سمعت وكيعا يقول بلغنا أن ربعيا لم يكذب في الإسلام كذبة
Sunan Tirmidhi 2071: from 'Ali, he said; Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam said: " It was not a believer until he believe in four things: Testifying that there is no Ilah (worthy of worship) except Allah and I am Muhammad, the Messenger of Allah, which He sent to bring Al Haq (truth), believe in the existence of death, believe in the resurrection after death, and believe in predestination

Every soul shall taste of death creatures

Allah says in the Qur'an that are listed in the chapter include:
1. Surah Al 'Ankabuut (29) \ Section 57-
كل نفس ذائقة الموت ثم إلينا ترجعون
Meaning: Every soul shall taste death. Then unto Us you shall be returned .

2.Surah Al Anbiya (21) paragraph 35-
كل نفس ذائقة الموت ونبلوكم بالشر والخير فتنة وإلينا ترجعون
Meaning: Every soul shall taste death. We will test you with evil and good as a trial (in truth). And to Us you shall be returned .

3. Surah.Az-Zumar (39) paragraph 30-
إنك ميت وإنهم ميتون
Indeed, you will die and they will die (again ).

Allah gives life and causes death

Surely Allah is the Creator and then turn on the power to the authorities to shut down every living creature as difirmankannya in the Qur'an Ad-Dukhan (44)
Paragraph 8:
لا إله إلا هو يحيي ويميت ربكم ورب آبائكم الأولين
There is no God (worthy of worship) but He Who gives life and causes death (He is) your Lord and the Lord of your fathers of old.
In addition, many verses in the Quran that talk about the authority of the Almighty giveth life and memataika as stated in Surah Al-Mulk (67) Paragraph 2:
الذي خلق الموت والحياة ليبلوكم أيكم أحسن عملا وهو العزيز الغفور
Who created death and life that He may test you, who among you a better charity. And He is the Mighty, the Forgiving ,

Furthermore, in al-Qur'an al-Hadid (57) Paragraph 2 states:

له ملك السماوات والأرض يحيي ويميت وهو على كل شيء قدير
To Him belongs the dominion of the heavens and the earth, He gives life and causes death, and He has power over all things .

Similarly in Surah At-Tauba (9) Section 116 Allah ta'ala says:

إن الله له ملك السماوات والأرض يحيي ويميت وما لكم من دون الله من ولي ولا نصير
Surely, to Allah belongs the dominion of the heavens and the earth. He gives life and death. And it is no protector or helper besides Allah.

Surah Yunus (10), paragraph 56 states:

هو يحيي ويميت وإليه ترجعون

He gives life and causes death, and to Him you shall be returned .

Similarly, in the Qur'an Surah Al Mu'minuun (23)
Ayat 80 Allah ta'ala says:

وهو الذي يحيي ويميت وله اختلاف الليل والنهار أفلا تعقلون

And it is He who gives life and death, and to Him (is) the night and day. Will you not understand ?.

While the Qur'an Surah Al Mu'min (40)
Verse 68:
هو الذي يحيي ويميت فإذا قضى أمرا فإنما يقول له كن فيكون
He gives life and death, so when He decrees a matter, He only says to it: "Be", then so be it.

Death can not be denied / avoided human

Indeed, the death of every animate creature is certainty that can not be rejected and avoided. Death knows no age limit, bayikah, toddlers, children, adolescents, youth, adults and seniors will once reached the age limit set by God the Creator. Death never knew and select feathers, females, males do, the people or the office, or sikayakah simiskinkah, all will feel it.
The death of every human being is determined by the Creator, because only God has power to it. Allah says in the Qur'an Surah Al Waaqi'ah (56) Paragraph 60

نحن قدرنا بينكم الموت وما نحن بمسبوقين
We have ordained death among you and We are not to be defeated.

Although people try to avoid death, but because fate Alla ta'ala has mendahuinya then wherever people away from the death penalty would be met, considering death is a certainty that anyone can not run away from it. In Surah Al Jumuah (62) paragraph 8 mentioned the word of God:

قل إن الموت الذي تفرون منه فإنه ملاقيكم ثم تردون إلى عالم الغيب والشهادة فينبئكم بما كنتم تعملون
Say:  " The death from which you flee, then surely death will overtake you, then you will be returned to (Allah), who knows the unseen and the seen, and He will tell you what you did".

But know that the man will not be able to flee from death and certainly everyone will find no known beforehand. Due to the death of the man brought back to Allah. In surahAl Jumuah (62) paragraph 8 Allah ta'ala says:

قل إن الموت الذي تفرون منه فإنه ملاقيكم ثم تردون إلى عالم الغيب والشهادة فينبئكم بما كنتم تعملون

Say: " The death from which you flee, then surely death will find  you , then you will be returned to (Allah), who knows the unseen and the seen, and He will tell you what you used to do

Similarly, the Qur'an Qaf (50), paragraph 19:
وجاءت سكرة الموت بالحق ذلك ما كنت منه تحيد
And it came to death's door in truth. That's what you were trying to escape

Death will come to earth human being wherever he is

Wherever people are, death never knew where and death will come to everyone though hiding somewhere. This is outlined in the word of Allah in Surah Nisaa (4), paragraph 78:

أينما تكونوا يدرككم الموت ولو كنتم في بروج مشيدة وإن تصبهم حسنة يقولوا هذه من عند الله وإن تصبهم سيئة يقولوا هذه من عندك قل كل من عند الله فما لهؤلاء القوم لا يكادون يفقهون حديثا

Wherever you are, death will overtake you, though you are in lofty towers, and if they are good they said  : "This is from Allah," but if some evil afflicts them they say: "This (the arrival ) from thee (Muhammad) ". Say: "They (comes) from Allah". So why do people (hypocrites) scarcely understand a?

Keterbataan knowledge and human ignorance not only about death comes when it's time to pick up, people also do not have the knowledge and can get mempredeksi where the death. This is confirmed in the Qur'an sura
Luqman (31), paragraph 34

إن الله عنده علم الساعة وينزل الغيث ويعلم ما في الأرحام وما تدري نفس ماذا تكسب غدا وما تدري نفس بأي أرض تموت إن الله عليم خبير
Allah only in Him alone knowledge of the Hour; and He sends down the rain and knows what is in the womb. And no one can know (exactly) what he will earn tomorrow  .And no one knows in what land he will die . Allah is Knower, Aware.

Death can not be delayed

Death for every human destiny was outlined in the first Almighty man when still a fetus in the womb. So when it was scheduled in accordance with existing records in the treasures of Allah, it shall not be delayed even death in a matter of few seconds. In the Qur'an Surah Al Munaafiqu (63), paragraph 11:

ولن يؤخر الله نفسا إذا جاء أجلها والله خبير بما تعملون
And Allah is not going to suspend (death) when someone has come the time of death. And Allah is Aware of what you do .

Associated with it, every servant of God can not cultivate to delay the arrival of death with any pretext or excuse, such as not ready to die and so forth. Everyone once has reached the age limit that outlined both he still babies, toddlers, children, teens, 2 young children, half adults, children, the elderly, willing or unwilling would die and have to accept that assurance.

Death can not be requested

Death as an assessment can not be required to be filed because death is confidential and its right and only Almighty Allah knows.
A devotee is forbidden to request to be turned off while on the other hand Allah has set a timetable to death to approach someone, schedule deaths only Allah Almighty knows. The prohibition request is confirmed deaths in the hadith of the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam narrated by Imam Muslim:

صحيح مسلم 4843: حدثنا محمد بن رافع حدثنا عبد الرزاق أخبرنا معمر عن همام بن منبه قال هذا ما حدثنا أبو هريرة عن رسول الله صلى الله عليه وسلم فذكر أحاديث منها
وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يتمنى أحدكم الموت ولا يدع به من قبل أن يأتيه إنه إذا مات أحدكم انقطع عمله وإنه لا يزيد المؤمن عمره إلا خيرا
Sahih Muslim 4843:  was told by Abu Huraira reported to us from the Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam, -and he mentioned a number of hadith of them; - "The Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam said:  ' Do not expect someone to death and do not ask to die before the next time. Because of the deceased person will lose his credit, while a believer age will not increase unless extended kindness. '"

The same hadith narrated by Imam Bukhari in his book as follows:

صحيح البخاري 5239: حدثنا آدم حدثنا شعبة حدثنا ثابت البناني عن أنس بن مالك رضي الله عنه
قال النبي صلى الله عليه وسلم لا يتمنين أحدكم الموت من ضر أصابه فإن كان لا بد فاعلا فليقل اللهم أحيني ما كانت الحياة خيرا لي وتوفني إذا كانت الوفاة خيرا لي

Sahih Bukhari 5239:  Anas bin Malik said 'anhu he said; The Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam said: " Let any one of you expect death because calamities that befall him, if indeed it must be, let him say,' God, give me life if life was good for me, and let me die if death is good for me. "

Similarly, the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam narrated by Imam Bukhari prohibits a person for dreaming his death because of the disaster:

صحيح البخاري 5874: حدثنا ابن سلام أخبرنا إسماعيل بن علية عن عبد العزيز بن صهيب عن أنس رضي الله عنه قال
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم لا يتمنين أحد منكم الموت لضر نزل به فإن كان لا بد متمنيا للموت فليقل اللهم أحيني ما كانت الحياة خيرا لي وتوفني إذا كانت الوفاة خيرا لي
Sahih Bukhari 5874:  Narrated Ibn Salam was preached to us Isma'il bin 'Ulayyah of Abdul Aziz bin Suhaib from Anas radliallahu' anhu he said; Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam said : "Do not one of you dreaming to die because of the calamities that befall him, if indeed it must be, let him say:" O Allah, give me life if life was good for me, and let me die if death it is good for me. "

Given the death

As a servant of the living dead depends on how the will of the Almighty commanded to remember the death, so early to prepare for a death that will surely find it. Prophet sallallaahu alaihi wa sallam in the hadith narrated by Imam at-Tirmidhi in his Sunan as follows:

سنن الترمذي 2229: حدثنا محمود بن غيلان حدثنا الفضل بن موسى عن محمد بن عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة قال
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أكثروا ذكر هاذم اللذات يعني الموت
قال وفي الباب عن أبي سعيد قال أبو عيسى هذا حديث حسن صحيح غريب

Sunan Tirmidhi 2229:  Narrated Mahmud bin Ghailan Narrated Al Fadl bin Musa from Muhammad bin 'Amr from Abu Salamah from Abu Hurayrah said:  The Prophet sallallaahu' alaihi wa salam said: "Plenty remember breaker pleasure, which is death"  Abu Isa said: In this case there is a similar hadith of Abu Sa'id. Abu Isa said:  This hadith is hasan Gharib authentic.

Similarly, in his Sunan Ibn Majah also narrated the hadith:

سنن ابن ماجه 4248: حدثنا محمود بن غيلان حدثنا الفضل بن موسى عن محمد بن عمرو عن أبي سلمة عن أبي هريرة قال
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أكثروا ذكر هاذم اللذات يعني الموت

Sunan Ibn Majah 4248: Narrated Mahmud bin Ghailan have told us Musa Al Fadl bin Muhammad bin 'Amr from Abu Salamah from Abu Hurayrah, he said; Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam said: " Expand to remember something that can destroy enjoyment, that is death."

Most people remember the death of the Prophet sallallaahu 'alaihi wa sallam mentioned as a major believer, according to the hadith narrated by Imam Ibn Majah;

سنن ابن ماجه 4249: حدثنا الزبير بن بكار حدثنا أنس بن عياض حدثنا نافع بن عبد الله عن فروة بن قيس عن عطاء بن أبي رباح عن ابن عمر أنه قال
كنت مع رسول الله صلى الله عليه وسلم فجاءه رجل من الأنصار فسلم على النبي صلى الله عليه وسلم ثم قال يا رسول الله أي المؤمنين أفضل قال أحسنهم خلقا قال فأي المؤمنين أكيس قال أكثرهم للموت ذكرا وأحسنهم لما بعده استعدادا أولئك الأكياس
Sunan Ibn Majah 4249:  Ibn Umar that he said; I was with the Prophet sallallaahu 'alaihi wasallam, suddenly came a man Ansar her, so she used to greet the Prophet sallallaahu' alaihi wasallam and asked:  "O Messenger of Allah, what are the main believers?" He said: "The best morals." He asked again; "The believer is how the most intelligent?" he replied: "The one who remembers death most, and  the best preparation after death, these are the ones who are smart ."

Prepare yourself by doing good deeds is one step to remember the deaths came sudden, this was confirmed in a hadith narrated by Imam at-Tirmidhi:

سنن الترمذي 2228: حدثنا أبو مصعب عن محرز بن هارون عن عبد الرحمن الأعرج عن أبي هريرة
أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال بادروا بالأعمال سبعا هل تنتظرون إلا فقرا منسيا أو غنى مطغيا أو مرضا مفسدا أو هرما مفندا أو موتا مجهزا أو الدجال فشر غائب ينتظر أو الساعة فالساعة أدهى وأمر
قال هذا حديث حسن غريب لا نعرفه من حديث الأعرج عن أبي هريرة إلا من حديث محرز بن هارون وقد روى بشر بن عمر وغيره عن محرز بن هارون هذا وقد روى معمر هذا الحديث عمن سمع سعيدا المقبري عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم نحوه وقال تنتظرون
Sunan Tirmidhi 2228 : Narrated Abu Mus'ab of Muhriz bin Harun from Abdurrahman Al A'raj of Abu Hurairah, the Prophet sallallaahu 'alaihi wa salam said: " Immediately practicing (before the arrival of seven things, not waiting for other guys to make poverty remember, wealth is a prodigal, a devastating disease, old age assistance, death struck suddenly, the antichrist, an evil supernatural being awaited, resurrection and Judgment was so disastrous and very bitter. "Said Abu Isa : this hadith is hasan gharib, we do not know the hadith of Abu Hurairah Al A'raj except from the hadeeth Muhriz bin Harun.

By remembering the death of a Muslim will be encouraged to make obedience to Allah by doing good deeds and convenient disyari'atkan according to the Qur'an and Sunnah. In view of impending death is not known when, then a Muslim should shun and abandon various vices, leave many forms fruitful act of sin. By remembering the death of a Muslim will always ask for forgiveness (istighfar) and repent from all forms of vices or evils that may never does. Wallaahu ta'ala 'alam

The tip of the edge of the Mahakam, 9 Shawwal 1437 H

O leh: Abu al-Farabi Banjari

Source:

1.Al Quran and translations, Salafi.DB. 4.0
2.Ensiklopedi book of hadith 9 priests, Lidwa Heritage