Sabtu, 10 September 2011

" MENGINGAT MATI "

Setiap saat ada saja anak turunan Adam yang harus berpisah dengan keluarga,saudara, sahabat dan para kerabatnya diantar kepemakaman karena kematian.Tidak peduliapakah sudah berumur lanjut, dewasa, muda, remaja maupun anak-anak balita semuanya akan mengalami kematian. Mati dengan berbagai sebab karena penyakit menahun, kecelakaan ataupun mati mendadak karena terserang penyakit jantung. Yang pasti setiap yang hidup akan mati .
Sudah sepantasnya bagi semua orang mengetahui bahwa kematian adalah akhir hayatnya , liang lahat adalah pembaringannya, ulat adalah sahabat karibnya, Munkar dan Nakir adalah teman duduknya, kuburan adalah markasnya, perut bumi adalah tempat tinggalnya , hari kiamat adalah perjanjiannya dan Surga atau Neraka adalah tujuan akhirnya. Lalu tidak memiliki pikiran lain selain itu dan tidak punya persiapan lain selain untuk hal tersebut..
Kematian adalah musibah dan kehinaan terbesar. Dan hal yang lebih besar dari itu adalah melalaikanya, tidak mengingatnya, kurang memikirkannya dan meninggalkan amal. Sedangkan para alim ulama telah sepakat bahwa kematian yang menimpa seseorang adalah pelajaran berharga bagi orang-orang yang hidup yang mau mengambil pelajaran dan bahan pikiran bagi orang yang mau berpikir.
Allah menganggap kematian sebagai salah satu musibah terbesar. Didalam firman-Nya : “ Lalu kamu ditimpa musibah kematian “ ( QS. Al-Maidah : 106 )
Hal itu karena kematian adalah pergantian dari satu keadaan kekeadaan lainnya dan perpindahan dari satu tempat tinggal ke tempat tinggal lainnya.
Abu Hurairah radiallaahu’anhum berkata : Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :
“Banyak-banyaknya mengingat pemutus kenikmatan “( HR. At-Tirmidzi).
Maksudnya ganggulah kenikmatan dunia dengan mengingat kematian supaya ketergantungan dengannya menjadi menjadi putus, sehingga bisa berkonsentrasi menuju Allah.
Ibnu Umar radiallaahu’anhum berkata : “ Aku pernah datang kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam sebagai orang kesepuluh dari sepuluh orang .Lalu seorang lelaki anshar bertanya :” Siapakah orang yang paling cerdas dan paling mulia, ya Rasulullah “ Beliau menjawab :”Orang yang paling banyak mengingat mati dan paling keras mempersiapkan diri untuknya. Merekalah orang-orang yang cerdas. Mereka menggapai kehormatan dunia dan kemuliaan akhirat “
Syaikh DR.Ahmad Farid dalam bukunyha Manajemen Qalbu Ulama Salaf menyebutkan bahwa hati yang keras Insya Allah akan lunak demngan mengingat mati yang merupakan pemutus kenikmatan duniawi.Hal lain yang juga dapat melenyapkan kekerasan hati adalah menyaksikan orang-orang yang hendak meninggal dunia. Karena melihat sekarat, tarikan dan proses kematian mereka diujung kelujarnya roh serta beratnya kesulitan mereka adalah pelajaran yang paling berharga. Sebab, setiap orang tidak lama lagi akan mengalami hal yang sama.Dan orang yang tidak mau mengambil pelajaran dari orang-orang yang mati tidak akan bisa menerima nasihat.
Al-Hasan berkata : “ Kematian telah membongkar aib dunia, sehingga tidak menyisakan kesenangan bagi orang-orang berakal sehat. Tidaklah seorang ha,mba membiasakan hatinya mengingat mati melainkan dunia akan terlihat kecil di matanya dan segala isinya akan terasa hina baginya “
Orang-orang yang larut di dalam dunia, kebanyakan terlena oleh tipu dayanya dan jatuh cinta pada syahwatnya pasti hatinya lalai terhadap kematian dan tidak mengingatnya. Jika diingatkan, ia tidak berkenan dan terus menghindar. Merekalah yang dimaksudkan Allah dalam firman-Nya :
Katakanlah: "Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan".(QS. Al-Jum’ah: 8)
Manusia kadang larut dalam kesenangan duniawi tidak akan mengingat mati. Kalau mengingatnya, hanyalah untuk menyesali untuk kepentingan duniawinya. Maka orang yang seperti mengingat mati hanya akan membuatnya semakin jauh dari Allah.
Sedangkan orang yang taubat banyak mengingat mati untuk membangkitkan rasa takut di dalam hatinya sehingga ia dapat menyempurnakan taubatnya. Terkadang ia enggan mati karena takut dijemput sebelum ia menyempurnakan taubatnya dan memperbaiki bekalnya.
Mengingat pentingnya akan hal mengingat kematian, maka kepada mereka-mereka yang selama ini hidup berleha-leha dan tidak berusaha keras untuk mengahadapi kematian bahkan malah lupa dan lalai darinya, maka bersegeralah ingat kepada mati yang akan datang menjemput tanpa diketahui waktunya tiba.
( Wallaahu’alam)
Disadur dari Manajemen Qalbu Ulama Salaf oleh Syaikh DR. Ahmad farid
( by : musni japrie )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar