Selasa, 01 November 2011

" SELAMATKAN AQIDAH, DENGAN HANYA MENYEMBAH ALLAH SEMATA '



Sudah menjadi rahasia umum sebagian umat islam di negeri ini banyak yang melakukan melakukan ritual-ritual penyembahan kepada sesuatu yang dianggap bahkan dipercaya dapat memberikan perlindungan dan pertolongan dengan memberikan sesajen dalam berbagai bentuk. Ada ritual untuk penguasa laut yang disebut sebagai pemberi rezeki berupa tangkapan ikannya dengan melarungkan sesajen yang dibuat dalam perahu-perahu kecil yang berisi berbagai ragam makanan berupa kue-kue, nasi dengan lauk pauknya segala. Ritual ini dilakukan oleh masyarakat yang tinggal dipesisir dengan matapencaharian sebagai nelayan. Lain lagi yang yang dilakukan oleh para petani dipedesaan yang hidupnya sebagai petani, melakukan sesembahan berupa pesta bumi kepada penguasa bumi yang disebut mereka telah memberikan rezekinya berupa panen padi yang berlimpah. Begitu pula secara perorangan banyak pula yang melabuhkan sesajen keair atau pada pohon-pohon besar yang dianggap angker, bebatuan dllnya. Sedangkan apabila terjadi letusan gunung api banyak penduduk sekitarnya melakukan ritual dengan menyembelih hewan ternak yang kepalanya dilemparkan kekawah gunung.
Apa yang dilakukan mereka-mereka seperti digambarkan diatas yang notabene beragama islam disebutkan sebagai wujud dari rasa syukur dan terimakasih mereka kepada penguasa alam, baik penguasa laut, penguasa bumi, penguasa gunung dan penguasa lainnya. Tetapi yang pasti yang disebut-sebut mereka sebagai penguasa tersebut sudah pasti bukanlah Allah Subhanahu wa Ta’ala satu-satunya Yang Maha Pencipta dan Maha Pemelihara.Karena tidak ada satupun bentuk yang diisyaratkan dalam syari’at islam tentang cara menyembah Allah Subhanahu Ta’ala sebagai ibadah mendekat diri dan ketundukan diri kepada-Nya kecuali satu-satunya adalah sholat. Baik dalam bentuk sholat fardhu maupun sunah, yang tata caranya dicontohkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam dalam bentuk as-sunnah.

Sesajen Bentuk Penyembahan Yang Syirik Kepada Allah

Pemberian sesajen oleh orang-orang yang mengaku beragama islam kepada sesuatu yang ditakuti karena mempunyai kemampuan untuk memberikan pertolongan dan perlindungan merupakan perbuatan syirik . Sedangkan perbuatan dan kepercayaan pemberian sesajen tersebut sebagai tradisi syirik yang diwarisi turun temurun.
Sebagaimana yang diketahui jauh sebelum priode islam masuk menyelamatkan aqidah para pendahulu kita, nenek moyang bangsa ini sudah hidup dengan keyakinan animisme yang dilanjutkan dengan priode hindu dan budha, dimana kedua keyakinan tersebut dimata islam sebagai agama syirik yang bertentangan dengan agama yang diwahyukan Allah dengan kitab Sucinya al-Qur’an dan as-Sunnah Rasul, karena kedua keyakinan tersebut mempercayai adanya tuhan lain selain Allah.
Keyakinan yang dianut oleh para nenek moyang dan leluhur baik berupa kepercayaan yang bersifat animisme maupun hindu, jelas-jelas merupakan lawan dari agama tauhid, karena keyakinan tersebut mengakui ada tuhan-tuhan lain yang patut disembah karena tuhan-tuhan itu yang dianggap mereka yang dapat mendatangkan mudharat dan memberikan manfaat sehingga patut ditakuti kemudian diberikan persembahan.
Keyakinan bathil seperti itu jelas bertentangan dengan tauhid rububiyah, uluhiyah dan tauhid asma wal sifat
Dalam syari’at islam telah digariskan bahwa siapapun ia wajib mengakui tauhid rububiyah untuk Allah, dengan mengimani tidak ada pencipta, pemberi rizki dan pengatur alam kecuali Allah, maka ia harus mengakui bahwa tidak ada yang berhak menerima ibadah dengan segala macamnya kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Tauhid uluhiyah, yaitu tauhid ibadah, karena ilah maknanya adalah ma'bud (yang disembah). Maka tidak ada yang diseru dalam do'a kecuali Allah, tidak ada yang dimintai pertolongan kecuali Dia, tidak ada yang boleh dijadikan tempat bergantung kecuali Dia, tidak boleh menyembelih kurban atau bernadzar kecuali untukNya, dan tidak boleh mengarahkan seluruh ibadah kecuali untukNya dan karenaNya semata.

Allah Subhanahu Ta’ala berfirman :
"Artinya : Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa. Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui." [Al-Baqarah : 21-22]

Allah memerintahkan mereka bertauhid uluhiyah, yaitu menyem-bahNya dan beribadah kepadaNya. Dia menunjukkan dalil kepada mereka dengan tauhid rububiyah, yaitu penciptaanNya terhadap manusia dari yang pertama hingga yang terakhir, penciptaan langit dan bumi serta seisinya, penurunan hujan, penumbuhan tumbuh-tumbuhan, pengeluaran buah-buahan yang menjadi rizki bagi para hamba. Maka sangat tidak pantas bagi mereka jika menyekutukan Allah dengan yang lainNya; dari benda-benda atau pun orang-orang yang mereka sendiri mengetahui bahwa ia tidak bisa berbuat sesuatu pun dari hal-hal tersebut di atas dan lainnya.
Dari keterangan diatas, maka tradisi adat istiadat dan budaya yang berasal dari kepercayaan animisme dan hindu yang terus dilestarikan selama ini oleh kalangan umat islam di Indonesia sangat bertentangan dengan tauhid rububiyah dan uluhiyah, karena berbagai ritual dari tradisi tersebut didalam terdapat nilai-nilai kesyirikan yang menyakini bahwa ada yang dituhankan selain Allah.

Iman Amalan Hati, Lisan dan Perbuatan


Para ulama salaf menyebutkan bahwa iman itu adalah amalan hati,lisan dan perbuatan, karenanya seseorang dikatakan beriman apabila hatinya menyakini bahwa Allah itu Maha Esa, kemudian lisannya menyebutkannya melalui ucapan syahadat, sedangkan amalan perbuatan nya menunjukan bahwa apa yang ada di dalam hatinya, kemudian diucapkan oleh lisannya ditindak lanjuti dengan sikap amalan perbuatan sehari-hari yang bersesuaian dengan kaidah syari’at.
Seseorang yang mengaku beriman kepada ke Maha Tunggalan ( keesaan ) Allah, tetapi lisannya dan perbuatan menunjukan kesyirikan seperti memberikan sesajen dan berdoa meminta perlindungan kepada selain Allah, maka belumlah ia dikatakan seseorang yang bertauhid.
Karenanya mereka-mereka yang dalam kesehariannya selalu melazimkan tradisi adat istiadat dan budaya yang diwarisi dari leluhur yang mempunyai keyakinan animisme dan hindu, mereka termasuk orang-orang yang melakukan perbuatan yang bertentangan dengan perbuatan orang-orang yang beriman, meskipun dihatinya mereka tetap meyakini Allah Subhanahu Ta’ala itu Tuhannya yang Maha Esa.
Mereka-mereka yang hatinya mengakui beriman kepada Allah, tetapi lisannya mengucapkan mantera-mantera minta perlindungan dan pertolongan kepada para roh-roh dan para jin serta perbuatan/amalannya memberikan tumbal atau sesajen kepada roh-roh dan para jin, maka hilanglah keimanannya kepada Allah.
Begitu banyak ayat-ayat dalam al-Qur’an yang memerintahkan kepada kita umat islam untuk bertauhid dan menyembah serta meminta hanya kepada Allah. Firman-firman Allah yang terkandung dalam al-Qur’an yang agung dan mulia antara lain :.

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Hai manusia, sembahlah Tuhanmu Yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa” [QS. Al-Baqarah : 21].

Firman-Nya :
إِنَّا أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ فَاعْبُدِ اللَّهَ مُخْلِصًا لَهُ الدِّينَ * أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا
”Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu Kitab (Al Qur'an) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya" [QS. Az-Zumar : 2-3].
firman Allah subhaanahu wa ta’ala :
وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan salat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus” [QS. Al-Bayyinah : 5].

Ayat-ayat diatas memerintahkan kepada kita umat islam , supaya kita hanya beribadah hanya kepada Allah , tidak diperkenankan beribadah dan meminta kepadaselain Allah, baik kepada Nabi, Malaikat,orang-orang shalih apalagi roh-roh dan para jin.
Akhirnya marilah kita tegakkan amar ma’ruf nahi munkar bagi saudara-saudara kita se aqidah yang masih melazimi berbagai bentuk tradisi adat istiadat warisan budaya dari animisme dan hindu yang masih mengakar dalam diri mereka. Semua itu karena kejahilan atas agama. Ingatkanlah mereka bahwa melestarikan tradisi adat istiadat dan b udaya para leluhur dalam kehidupan yang penuh dengan kesyirikan sangat bertentangan dengan agama tauhid. Mari kita kampanyekan ketengah-tengah masyarakat islam sebagai saudara kita agar meninggalkan segala bentuk tradisi yang syirik

Sholat Wujud Penyembahan Kepada Allah.

Seseorang yang mengaku dirinya muslim yang tentunya mengakui ke Esa-an Allah, maka wajib baginya untuk taat dan takut hanya kepada Allah yang serta merta ditunjukkan dengan melakukan ketundukan dan sujud melalui sholat. Karena hanya dengan sholat sajalah ketundukan kepada Allah itu dilakukan, bukan dengan memberikan sesajen. Namun apabila seseorang yang mengaku muslim dan melakukan sholat tetapi juga dia sesekali melakukan ketundukan kepada selain Allah dengan menyediakan dan memberikan maka sesungguhnya yang bersangkutan telah berbuat syirik.
Mengutip tulisan Ustadz Muslim Atsari dalam Artikel: www.UstadzMuslim.com bahwa sholat dalam agama islam adalah sebagai hal yang agung karena :

1- Sholat merupakan salah satu dari rukun Islam dan kewajiban terbesar setelah dua syahadat.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima tiang. Syahadat Laa ilaaha illa Alloh dan Muhammad Rosululloh; menegakkan sholat; memberikan zakat; haji; dan puasa Romadhon”. (HR. Bukhori, no: 8; Muslim, no: 16)

2- Pembatas antara iman dengan kekafiran.
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلَاةِ
Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan syirik dan kekafiran adalah meninggalkan sholat. (HR. Muslim, no: 82, dari Jabir)
Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda:
الْعَهْدُ الَّذِي بَيْنَنَا وَبَيْنَهُمْ الصَّلَاةُ فَمَنْ تَرَكَهَا فَقَدْ كَفَرَ
Perjanjian yang ada antara kami dengan mereka adalah sholat. Maka barangsiapa meninggalkannya, dia telah kafir. (HR. Tirmidzi, no: 2621; dll; Dishohihkan oleh syeikh Al-Albani)

3- Sholat merupakan tiang agama.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلاَمُ وَعَمُودُهُ الصَّلاَةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ
Pokok urusan itu adalah Islam, tiangnya sholat, dan puncak ketinggiannya adalah jihad”. (HR. Tirmidzi, no: 2616; dll, dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani)

4- Amal yang pertama kali dihisab
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ
Sesungguhnya pertama kali amal hamba yang akan dihisab pada hari kiamat adalah sholatnya. Jika sholatnya baik, maka dia beruntung dan sukses, namun jika sholatnya rusak, maka dia gagal dan rugi. Jika ada sesuatu kekurangan dari sholat wajibnya, maka Ar-Robb (Alloh) ‘Azza wa Jalla berfirman: “Perhatikan (wahai para malaikat) apakah hambaKu ini memiliki sholat tathowwu’ (sunah), sehingga kekurangan yang ada pada sholat wajibnya bisa disempurnakan dengannya!”. Kemudian seluruh amalannya akan dihisab seperti itu. (HR. Ibnu Majah, no: 1425; Tirmidzi, no: 413; lafazh ini bagi imam Tirmidzi; dishohihkan oleh Syeikh Al-Albani)

5.Hukum sholat adalah fardhu ‘ain (kewajiban setiap mukallaf) dalam semua keadaan, baik laki-laki atau perempuan (kecuali sedang haidh atau nifas); budak atau orang merdeka; pejabat atau rakyat; kaya atau miskin, muqim atau musafir, sehat atau sakit, takut atau aman. Alloh Ta’ala berfirman:
حَافِضُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُومُوا للهِ قَانِتِينَ فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالاً أَوْ رُكْبَانًا فَإِذَآ أَمِنتُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ كَمَا عَلَّمَكُم مَّالَمْ تَكُونُوا تَعْلَمُونَ
Peliharalah semua shalat(mu), dan (peliharalah) shalat wusthaa (ashar). Berdirilah untuk Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu’. Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
(QS. Al-Baqoroh/2: 238-239
)

6- Menjaga sholat merupakan wasiat terakhir Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
عَنْ أُمِّ سَلَمَةَ قَالَتْ كَانَ مِنْ آخِرِ وَصِيَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّلَاةَ الصَّلَاةَ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ حَتَّى جَعَلَ نَبِيُّ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُلَجْلِجُهَا فِي صَدْرِهِ وَمَا يَفِيصُ بِهَا لِسَانُهُ
Dari Ummu Salamah, dia berkata: “Wasiat terakhir Rosululloh shallallahu ‘alaihi wasallam adalah ‘Perhatikanlah sholat, perhatikanlah sholat, dan budak-budak yang kamu miliki’. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengulang-ulangnya di dalam dadanya, namun lidah beliau tidak mampu mengungkapkannya dengan jelas. (HR. Ahmad 6/290, 311, 321)

7- Alloh mewajibkannya secara langsung kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pada malam isro’ mi’roj dan tidak akan merubahnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda tentang hal ini:
فَفَرَضَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى أُمَّتِي خَمْسِينَ صَلَاةً فَرَجَعْتُ بِذَلِكَ حَتَّى مَرَرْتُ عَلَى مُوسَى فَقَالَ مَا فَرَضَ اللَّهُ لَكَ عَلَى أُمَّتِكَ قُلْتُ فَرَضَ خَمْسِينَ صَلَاةً قَالَ فَارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى قُلْتُ وَضَعَ شَطْرَهَا فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ فَرَاجَعْتُ فَوَضَعَ شَطْرَهَا فَرَجَعْتُ إِلَيْهِ فَقَالَ ارْجِعْ إِلَى رَبِّكَ فَإِنَّ أُمَّتَكَ لَا تُطِيقُ ذَلِكَ فَرَاجَعْتُهُ فَقَالَ هِيَ خَمْسٌ وَهِيَ خَمْسُونَ لَا يُبَدَّلُ الْقَوْلُ لَدَيَّ فَرَجَعْتُ إِلَى مُوسَى فَقَالَ رَاجِعْ رَبَّكَ فَقُلْتُ اسْتَحْيَيْتُ مِنْ رَبِّي
“Kemudian Allah ‘Azza wa Jalla mewajibkan lima puluh shalat (setiap hari) atas umatku. Lalu aku kembali dengan itu sehingga aku melewati Musa. Lalu dia (Musa) bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan bagi-mu atas umat-mu ?” Aku menjawab: “Dia telah mewajibkan limapuluh kali shalat atas mereka”. Musa berkata: “Kembalilah kepada Rabbmu, (mohonlah kepadaNya untuk meringankanmu) sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukannya.” Lalu aku mohon kembali, maka Alloh mengurangi setengahnya. Lalu aku kembali kepada Musa, aku berkata: “Allah telah mengurangi setengahnya”. Musa berkata: “Kembalilah kepada Rabbmu, sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukannya.” Lalu aku mohon kembali, maka Alloh mengurangi setengahnya. Lalu aku kembali kepada Musa, dia berkata: “Kembalilah kepada Rabbmu, sesungguhnya umatmu tidak akan mampu melakukannya.” Lalu aku mohon kembali, maka Alloh berfirman: “Kewajiban itu 5 kali, namun (pahalanya) 50. Perkataan ini tidak akan diganti selamanya di sisiKu”. Lalu aku kembali kepada Musa, dia berkata: “Mohonlah kembali kepada Robbmu”. Aku menjawab: “Aku telah malu”. (HR. Bukhori, no. 349)

8- Tujuan harta diciptakan untuk menegakkan sholat dan membayar zakat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ إِنَّا أَنْزَلْنَا الْمَالَ لِإِقَامِ الصَّلَاةِ وَإِيتَاءِ الزَّكَاةِ وَلَوْ كَانَ لِابْنِ آدَمَ وَادٍ لَأَحَبَّ أَنْ يَكُونَ إِلَيْهِ ثَانٍ وَلَوْ كَانَ لَهُ وَادِيَانِ لَأَحَبَّ أَنْ يَكُونَ إِلَيْهِمَا ثَالِثٌ وَلَا يَمْلَأُ جَوْفَ ابْنِ آدَمَ إِلَّا التُّرَابُ ثُمَّ يَتُوبُ اللَّهُ عَلَى مَنْ تَابَ
Sesungguhnya Alloh ‘Azza wa Jalla berfirman: “Sesungguhnya Kami menurunkan harta untuk menegakkan sholat dan membayar zakat. Seandainya manusia itu memiliki harta satu lembah, dia suka memiliki lembah kedua. Jika dia memiliki harta dua lembah, dia suka memiliki lembah ketiga. Dan tidak akan memenuhi perut manusia kecuali tanah, kemudian Alloh akan menerima taubat orang yang bertaubat. (HR.Ahmad, no. 21399; Thobroni di dalam Al-Kabir; Lihat Shohih al-Jami’us Shoghir, no. 1777)


9- Sholat wajib dilakukan 5 kali sehari semalam, berbeda dengan rukun-rukun Islam yang lain.
Hal ini –wallohu a’lam- sebagai isyarat bahwa ruh memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi sebagaimana kebutuhan badan; mengingatkan hamba bahwa setiap waktu dia harus meniti jalan Alloh; mengingatkan bahwa hamba selalu diawasi oleh Alloh; mengingatkan jangan sampai tenggelam di dalam urusan dunia yang fana; dan sebagai sarana mencegah perbuatan keji dan mungkar; serta membersihkan dosa dengan berulang-ulang.

10- Ijma’ sahabat Nabi tentang kekafiran orang yang meninggalkan sholat.
Banyak ulama’ menyebutkan hal ini, seperti di dalam kitab Al-Muhalla 2/242-243, karya Imam Ibnu Hazm; Kitabus Sholat, hlm. 26, karya Imam Ibnul Qoyyim; dan Syarhul Mumti’ 2/28, karya syaikh Al-‘Utsaimin.
Selain itu juga terdapat keterangan bahwa meninggalkan sholat merupakan penyebab kecelakaan dan sebab masuk neraka Saqor. Inilah sedikit keterangan mengenai kedudukan sholat yang sangat agung di dalam agama Islam, semoga Alloh Ta’ala selalu menolong kita untuk melaksanakan sholat dengan sebaik-baiknya. Aamiin.
Banyak orang menyatakan beragama Islam, namun banyak di antara mereka tidak memperhatikan masalah sholat. Bahkan ada juga yang tidak melaksanakan sholat sama sekali. Itu semua, antara lain disebabkan karena mereka tidak mengetahui kedudukan sholat yang sangat agung di dalam agama. Padahal dosa meninggalkan sholat

F a e d a h


Ulasan yang dikemukan diatas memberikan faedah kepada kita sebagai kaum muslimin yang mengakui bertauhid hanya kepada Allah semata, maka patut kita mengingatkan kepada saudara-saudara muslim kita yang lain yang sepertinya masih terpaku dengan melakukan ritual-ritual tradisi penuh kesyirikan berupa pemberian sesajen untuk dipersembahkasn kepada selain Allah seperti kepada penguasa laut, penguasa bumi, gunung, pohon-pohon besar dan b atu-batuan.
Bentuk ketaatan dan ketundukan kepada Allah yang disyari’atkan dalam islam adalah sholat, sedangkan ritual-ritual tradisi dengan memberikan sesajen sebagaibentuk persembahan adalah perbuatan syirik yang sangat dimurkai Allah dan Allah tidak akan mengampuni dosa-dosa syirik kecuali pelakunya memohon ampun dan bertaubat dari perbuatannya.
Selamatkanlah aqidah kita sebagai umat islam dengan hanya menyembah kepada Allah semata, tidak menyembah kepada yang lain-lain. Cukupkan diri kita hanya melakukan sholat yang disyari’atkan sebagai wujud ketaatan dan ketundukan kita kepada Allah yang Maha Pencipta dan Maha Penolong. ( Wallahu Ta’ala ‘alam )
Dipetik dari berbagai sumber
( Musni Japrie )
Samarinda,diselesaikan pada waktu dhuha, 7 Dzulhijjan 1432 H / 2 Nopember 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar