Selasa, 08 November 2011

" SUNAH RASULULLAH YANG WAJIB UNTUK DIIKUTI, BUKAN MENGIKUTI YANG DIKERJAKAN MAYORITAS ORANG BANYAK "



P e n d a h u l u a n


Kalimat seperti tersebut diatas sering dilontarkan orang-orang sebagai jawaban atas pertanyaan mengapa melakukan aktifitas keagamaannya tidak bersesuaian dengan sunnah Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam.sehingga sudah bukan menjadi barang yang aneh lagi di negeri yang mayoritas penduduknya umat islam ini cara beragama sebagian dari mereka lebih bersifat kepada mengikuti cara beragamanya orang-orang yang banyak, dan apabila ada yang melakukan cara-cara lain yang tidak bersesuain dengan kebanyakan yang dilakukan orang, maka dianggap telah menyelisihi apa-apa yang dilakukan orang banyak. Bahkan dianggap aneh lalu diberi cap stempel dengan gelar yang tidak lazim.
Cara beragamanya kebanyakan kaum muslimin dinegeri ini yang dianggap sebagai suatu hal yang sudah benar karena dilakukan oleh mayoritas atau banyak orang , merupakan hal yang telah turun temurun dari generasi kegenerasi mereka lakukan sehingga jadilah sebagai layaknya sebuah ketetapan yang harus diikuti walaupun sebenarnya ditinjau dari kacamata syari’at Islam banyak sekali hal-hal yang bertentangan dengan al-Qur’an dan as-Sunnah Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam sebagai standar baku . Mengapa dikatakan bertentangan dengan al-Qur’an dan as- Sunnah , karena ternyata berbagai perilaku dalam caranya beragama yang dilakukan oleh orang banyak tersebut sama sekali tidak ada tuntunannya dari yang paling berhak dan mempunyai otoritas dalam menetapkan syari’at islam ( Allah dan Rasulullah shalallahu’alaihiwa salam ). Mereka hanya mengikuti apa-apa saja yang pernah difatwakan dan diajarkan oleh orang-orang yang mengaku sebagai ulama namun tidak menjadikan al-Qur’an dan as-Sunnah Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam sebagai dalil, mereka lebih memilih untuk mengedepankan pertimbangan akal pikiran dan perasaan serta hawa nafsu belaka, dengan maksud agar dapat memperoleh lebih besar lagi ganjaran pahala. Padahal berkenaan dengan segala hal yang menyangkut dan berkaitan dengan masalah agama yang wajib dijadikan patokan adalah syari’at yang digariskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Apabila lepas dari itu maka dia bukanlah syari’at yang tidak boleh dijadikan pegangan, batallah segala bentuk perbuatannya.

Kewajiban Menta’ati dan Meneladani serta Mengikuti Petunjuk Rasulullah Shalallahu’alaihi wa salam

Al-Ustadz Yasid bin Abdukl Qadir jawas menyebutkan bahwa kita wajib mentaati Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan menjalankan apa yang diperintahkannya dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari syahadat (kesaksian) bahwa beliau adalah Rasul (utusan) Allah. Dalam banyak ayat Al-Qur'an, Allah Azza wa Jalla memerintahkan kita untuk mentaati Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam . Di antaranya ada yang diiringi dengan perintah taat kepada Allah, sebagaimana firmanNya:
-
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ فَإِن تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللّهِ وَالرَّسُولِ إِن كُنتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلاً
Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. ( QS. An-Nisaa’:59)

Firman Allah :
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللّهُ غَفُورٌ رَّحِيمٌ
قُلْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَالرَّسُولَ فإِن تَوَلَّوْاْ فَإِنَّ اللّهَ لاَ يُحِبُّ الْكَافِرِينَ ".

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir".( QS. Ali’Imran : 31-32 )

Ayat yang mulia ini menyiratkan teguran bagi oarng-orang yang mengaku mencintai Allah, namun tidak mengikuti petunjuk dan jejak langkah utusan-Nya, Muhammad shalallahu’alaihi wa sallam. Sedangkan dalam ayat yang lain Allah berfirman :
مِنكُمْ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانتَهُوا وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.(QS. Al_hasyr : 7)

Siapa saja yang mengikuti jalan selain jalan yang ditempuh Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam didalammencintai Allah, maka sia-sialah perjalanan yang sudah ditempuhnya.

Menurut KH. Qamnaruddin Shaleh bahwa taat kepada Allah berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya . Sedangkan taat kepada rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam mengikuti jejak langkahnya, berpedoman kepada petunjuknya, serta mencontoh setiap ucapan dan perbuatannya. Ketaatan kepada Allah tidak akan sempurna tanpa diiringi perasaan cinta kepada-Nya . Cinta kepada Allah berarti mengharapkan kedudukan yang dekat dengannya. Sedangkan untuk mencapai kedudukan itu, seseorang harus berusaha menjalankan segala bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dan tidak ada satupun jalan-jalan ketaatan kecuali sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam melalui Sunnah-sunnahnya.Berkata Sahl bin Abdillah radyallahu ‘anhum: “ tanda cinta kepada Allah adalah cinta al-Qur’an. Dan tanmda cinta al-Qur’an adalah cinta Nabi shalallahu’alaihi wa sallam. Dan tanda cinta nabi shalallahu’alahi wa sallam adalah cinta sunnah. ( KH. Qamaruddin Shaleh dkk dalam Ayat-ayat Larangan dan Perintah Dalam al-Qur’an )
Dan masih banyak lagi contoh yang lain. Di samping itu terkadang perintah tersebut disampaikan dalam bentuk tunggal, tidak dibarengi kepada perintah yang lain, sebagaimana dalam firman-Nya:
مَّنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللّهَ وَمَن تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
Barangsiapa yang menta'ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta'ati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari keta'atan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka ( QS. An-Nisaa’ : 80)
-
وَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan ta'atlah kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat.( An-Nuur : 56 )
Firman Allah :
قُلْ أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوا فَإِنَّمَا عَلَيْهِ مَا حُمِّلَ وَعَلَيْكُم مَّا حُمِّلْتُمْ وَإِن تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
Katakanlah: "Ta'at kepada Allah dan ta'atlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu ta'at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". (QS. An-Nuur : 54 )

Allah mengabarkan bahwa pada diri Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam terdapat teladan yang baik bagi segenap ummatnya. Allah berfirman:
لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا
Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzaab : 21 )

Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullahj berkata: “Ayat yang mulia ini adalah pokok yang agung tentang meneladani Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam berbagai perkataan, perbuatan dan perilakunya. Untuk itu, Allah Tabaraka wa Ta'ala memerintahkan manusia untuk meneladani sifat sabar, keteguhan, kepahlawanan, perjuangan dan kesabaran Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menanti pertolongan dari Rabb-nya Azza wa Jalla ketika perang Ahzaab. Semoga Allah senantiasa mencurahkan shalawat kepada beliau hingga hari Kiamat

Dalam Al-Qur'an, Allah telah menyebutkan ketaatan kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan meneladaninya sebanyak 40 kali. Demikianlah, karena jiwa manusia lebih membutuhkan untuk mengetahui apa yang Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bawa dan mengikutinya daripada kebutuhan kepada makanan dan minuman, sebab jika seorang tidak mendapatkan makanan dan minuman, ia hanya berakibat mati di dunia sementara jika tidak mentaati dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , maka akan mendapat siksa dan kesengsaraan yang abadi.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita mengikutinya dalam melakukan berbagai ibadah dan hendaknya ibadah itu dilakukan sesuai dengan cara yang beliau contohkan. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat.”](. HR. Al-Bukhari (no. 2697) dan Muslim (no. 1719 (18)).
Juga sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Ambillah dariku manasik (haji)mu.” HR. Al-Bukhari (no. 5063) dan Muslim (no. 1401).
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Barangsiapa melakukan suatu amalan yang tidak berdasarkan perintah kami, maka amalan itu tertolak.” [5]
Dan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
Barangsiapa yang membenci Sunnahku, maka ia bukan ter-masuk golonganku.” HR. Al-Baihaqi (III/249) dari Anas bin Malik z, sanad hadits ini hasan. Lihat Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1407) oleh Syaikh al-Albani Rahimhulllah
[10‘Aqiidatut Tauhiid (hal 158-159).

Dan masih banyak dalil-dalil lain yang menunjukkan perintah mengikuti Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan larangan m
Menurut KH. Qamnaruddin Shaleh bahwa taat kepada Allah berarti melaksanakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala apa yang dilarang-Nya . Sedangkan taat kepada rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam mengikuti jejak langkahnya, berpedoman kepada petunjuknya, serta mencontoh setiap ucapan dan perbuatannya. Ketaatan kepada Allah tidak akan sempurna tanpa diiringi perasaan cinta kepada-Nya . Cinta kepada Allah berarti mengharapkan kedudukan yang dekat dengannya. Sedangkan untuk mencapai kedudukan itu, seseorang harus berusaha menjalankan segala bentuk ketaatan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Dan tidak ada satupun jalan-jalan ketaatan kecuali sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Rasulullah shalallahu’alahi wa sallam melalui Sunnah-sunnahnya.Berkata Sahl bin Abdillah radyallahu ‘anhum: “ tanda cinta kepada Allah adalah cinta al-Qur’an. Dan tanda cinta al-Qur’an adalah cinta Nabi shalallahu’alaihi wa sallam. Dan tanda cinta nabi shalallahu’alahi wa sallam adalah cinta sunnah. ( KH. Qamaruddin Shaleh dkk dalam Ayat-ayat Larangan dan Perintah Dalam al-Qur’an )

Berdasarkan keterangan-keterangan diatas, maka sudah menjadi ketetapan bagi setiap umat islam untuk mentaati dan mengikuti apa yang diperintahkan dan dicontohkan oleh beliau, dan apabila melakukan segala sesuatunya yang berkaitan dengan agama secara umum dan khususnya yang berkaitan dengan ibadah tidak sejak sejalan dengan apa yang dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam berarti telah menyimpang dari sunnah beliau.Meskipun mayoritas orang-orang mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari namun tidak bersesuaian dengan as-Sunnah Rasul maka apa yang diamalkan oleh mayoritas orang-orang tersebut tidaklah benar, sehingga tidak patut untuk diikuti.

Mengikuti Amalan Yang Dilakukan Oleh Mayoritas Orang Banyak

Apabila kita menanyakan kepada kebanyakan orang tentang sesuatu yang berkaitan dengan cara beragamanya mereka, maka jawabannya adalah bahwa apa dilakukan mereka itu mengikuti dan sesuai dengan apa yang sudah lumrah dikerjakan oleh mayoritas orang banyak. Apabila berbeda dengan apa yang dilakukan orang banyak,mereka kuatir dianggap sudah menyelisihi adat kebiasaan. Dalam hal ini nampaknya telah terjadi semacam kesepakatan yang tidak berlandaskan kepada nash yang shahih untuk dijadikan pegangan ditengah-tengah kalangan masyarakat.
Banyak contoh apa apa saja yang dilakukan oleh mayoritas orang banyak dalam aktifitas keagamaannya yang oleh ulama-ulama kalangan akhli hadist disebutkan tidak mempunyai landasan nash yang shahih, antara lain :
1. Hal-hal yang berkaitan dengan pengurusan dan penguburan jenazah
Sudah sebuah kelaziman yang tidak pernah absen dilakukan dalam mengurus jenazah antara lain pembacaan surah yasin dan tahlilan yang ditutup dengan doa’ arwah/haul, kemudian di dahi jenazah dituliskan lafadz Allah, diatas keranda diberi hiasan bunga-bunga yang telah dirangkai. Biasanya setelah selesai sholat jenazah imam sholat meminta kesaksian kepada para pelayat yang mengikuti sholat bahwa si mayit orang yang baik-baik, kemudian kepada orang-orang yang ikut melakukan sholat jenazah dibagikan masing-masing amplop yang berisi sejumlah uang. Pada saat jenazah diusung, seluruh keluarga dekat jenazah baik isteri/suami, anak menantu dan para cucu diminta berjalan dibawah keranda. Ritual kemudian berlanjut di kuburan dengan mengumandangkan azan serta tidak ketinggalan mentalqinkan jenazah yang diikuti dengan membaca surah yasin dan tahlilan yang ditutup dengan doa arwah/haul.
Mengingat bahwa mayoritas kaum muslimin di negeri ini telah melakukan beberapa ritual yang berkaitan dengan jenazah seperti yang digambarkan diatas, maka jadilah hal tersebut sebagai sesuatu yang harus diikuti. Sehingga disini pertimbangan yang dipergunakan adalah karena mayoritas orang banyak telah melakukannya, tentunya tidak salah.
2.Memperingati kematian/haulan
Memperingati kematian/haulan setelah 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari dan setiap tahun bertepatan dengan tanggal meninggalnya adalah merupakan bagian dari aktifitas keagamaan mayoritas masyarakat islam. Sehingga hampir sebagian terbesar menyelenggarakan peringatan kematian tersebut dengan mengundang orang dan memberikan suguhan makanan untuk menghormati undangan yang sekaligus sebagai ucapan terimakasih karena telah mengirimkam pahala bacaan surah yasin dan tahlilan kepada yang meninggal.
Mengingat mayoritas orang-orang muslim menyelenggarakan peringatan kematian/haulan bagi keluarganya yang telah meninggal, maka dijadikanlah pegangan bagi anggota masyarakat sebagai dalih pembenaran dan hukum untuk juga menyelenggarakan haulan.
3.Mengamalkan secara rutin membaca surah Yasin
Mayoritas umat islam di negeri ini mengamalkan bacaan surah Yasin pada setiap malam jum’at dan hari jum’at sehingga bukan hal yang asing pada setiap jum’atan di masjid-masjid rata-rata orang membaca hanya surah Yasin saja sebagai aktifitas menjelang khutbah. Begitu pula kelompok arisan ibu-ibu di setiap rt-rt merangkap sekaligus sebagai kelompok yasinan. Bahkan ada yang tiap minggu bergiliran disetiap rumah akan menjadi tuan rumah tempat diselenggarakan yasinan, dimana biasanya selesai membaca surah Yasin dilanjutkan dengan tahlilan dan membaca shalawat Nariah secara berjamaah dengan suara nyaring.
Menginat kegiatan pembacaan al-qur’an yang dibatasi hanya pada surah Yasin secara rutin telah dilakukan oleh banyak orang pada hari-hari tertentu, maka jadilah dia sebagai dasar untuk membenarkan bahwa yang dilakukan mereka tersebut merupakan sebuah kebaikan dalam atifitas keagamaan yang patut untuk diikuti, ditiru dan dilanggengkan dalam kehidupan seharti-hari .
4.Beribadah di kuburan dengan membaca al-Qur’an pada saat berziarah ke kuburan
Apabila kita berziarah ke kuburan maka bukanlah pemandangan yang asing apabila kita melihat para penziarah membaca surah-surah al-Qur’an seperti surah al-Fatihah, al-Ikhlas, al- Falaq, an- N as dan surah Yasin dengan maksud agar pahala nya dapat dikirimkan kepada penghuni kubur. Apalagi pada saat menjelang bulan ramadhan dan hari Raya Idul Fitri penuh sesak penziarah yang datang dengan aktitifitas yang seragam membaca beberapa surah al-Qur’an. Karena dilakukan hampir seluruh orang yang berziarah maka orang-orang lain yang melihat turut pula melakukannya dan akhirnya apa-apa yang dilakukan oleh banyak orang dijadikan panutan.
Membaca al-qur’an yang dalam syari’at termasuk sebagai katagori ibadah juga merupakan aktifitas rutin para penziarah makam-makam wali Allah yang dikramatkan, dimana pembacaan surah-surah al-qur’an itu dipimpin langsung oleh ustdaz atau kiayi yang memimpin rombongan ziarah. Sehingga kalangan awam menganggap bahwa kegiatan seperti itu memang bagian dari syari’at.
5. Dzikir sebelum dan sesudah sholat fardu
Hampir pada seluruh tempat ibadah baik masjid, surau, langgar atau mushalla biasanya telah dilazimkan juga bacaan dzikir-dzikir sebelum dan sesudah sholat fardu dengan suara keras. Kelaziman tersebut diberlakukan juga ataspertimbangan karena mayoritas orang-orang melakukan hal yang sama. Dzikir-dzikir yang rutin dilakukan antara lain seperti sebelum azan muazin terlebih dahulu membaca dzikir tertentu, kemudian menjelang iqamah muazin diikuti jama’ah dengan suara keras membacakan istigfar. Setelah salam imam memimpin dengan suara keras memimpin dzikir diakhiri dengan pembacaan doa secara berjama’ah dan dipenghujung sebelum bubar dilakukan saling berjabat tangan/salam salaman sambil diiringi dengan pembacaan shalawat Nabi dengan suara keras.
6. Perayaan hari-hari besar islam
Dinegeri ini, yang dianggap sebagai hari besar islam tidak hanya terbatas pada dua hari raya saja ( Idul Fitri dan Idul Adha ) saja, tetapi telah diberi tambahan dengan hari-hari yang berkaitan dengan sejarah dalam islam . Lalu muncullah yang namanya peringatan kelahiran atau maulid Nabi, peringatan Isra mi’raj Nabi, peringatan turunnya ( nuzul) Qur’an, peringatan menyambut tahun baru 1 hijriyah termasuk pula di dalamnya acara halal bil halal yang mengiringi hari raya Idul Fitri.
Penyelenggaraan peringatan-peringatan dan perayaan hari-hari yang disebutkan diatas dilakukan oleh mayoritas umat islam seca di seluruh negeri, baik di tingkat nasional sampai ketingkat RT. Begitu pula pengurus-pengurus dan jama’ah di masjid-masjid, surau, langgar dan mushalla tidak mau ketinggalan, turut pula menyelenggarakannya. Karenanya tidaklah menjadi aneh bila kalangan masyarakat awam beranggapan bahwa peringatan-peringatan tersebut bagian dari agama islam karena dilakukan oleh mayoritas banyak orang.
Sebenarnya banyak lagi hal-hal lain yang bukan bagian dari syari’at islam tetapi karena banyak dikerjakan oleh mayoritas kaum muslimin sehingga dijadikanlah dasar pembenaran dalam mereka bertindak dan timbul anggapan bahwa apa-apa yang dilakukan mereka itu adalah termasuk dalam syari’at islam.
Apa yang selama ini telah dilakukan oleh sebagian terbesar umat islam di negeri ini dalam cara-cara beragamanya dengan mengatas namakan mengikuti dan menyesuaikan dengan orang banyak itu , oleh kalangan mereka sesungguhnya dianggap telah bersesuaian dengan apa yang disyari’atkan dalam islam. Sehingga banyak orang mengikutinya tanpa ilmu dan timbul rasa ketakutan apabila tidak turut serta melakukannya akan dicap sebagai menyelisihi orang banyak.
Mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh mayoritas masyarakat banyak dalam cara-cara beragama sekarang telah dijadikan patokan dan dalil yang tidak dapat diganggu gugat lagi. Apalagi sebagian ulama, ustadz dan mubaligh banyak yang membiarkannya bahkan membenarkan prilaku masyarakat seperti itu. Maka jadi kuatlah anggapan bahwa apa yang telah dilakukan dengan mengikuti orang banyak itu adalah sebuah kebenaran dan harga mati yang harus dipertahankan.

Larangan Menyelisihi sunnah Rasulullah shalallahu’alaihi wa salam


Dr.Said bin Ali bin Wahf al-Qahtahni menyebutkan bahwa syarat-syarat diterimanya amalan yang bertujuan untuk mendekatkan diri seorang hamba kepada Allah, hanya dapat diterima bila :
1.Mengikhlaskan amalan untuk Allah semata yang tidak ada sekutu baginya.
2. Mencontoh Nabi shalallahu’alaihi wa sallam dalam beramal.
Orang yang mengikhlaskan ibadahnya kepada Allah dalam melakukan ibadah itu ia mencontoh Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, maka amalannya akan diterima. Sementara orang yang kehilangan keikhlasan dan kehilangan itti’ba kepada Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam, atau kehilangan sakah satu dari keduanya, maka amalannya itu akan tertolak.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam al-Qur’an surah al-Maidah ayat 3 yang artinya :

-
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالْدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلاَّ مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى النُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُواْ بِالأَزْلاَمِ ذَلِكُمْ فِسْقٌ الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن دِينِكُمْ فَلاَ تَخْشَوْهُمْ وَاخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا فَمَنِ اضْطُرَّ فِي مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ فَإِنَّ اللّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah [394], daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya [395], dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah [396], (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini [397] orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa [398] karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Dari ayat tersebut diatas maka para sahabat,tabi’in,tabi’ut tabi’in dan seluruh ulama salaf memaknai dan menafsirkan bahwa agama islam sejak turunnya ayat tersebut telah disempurnakan oleh Allah Subhana wa ta’ala. Al-Qur’an sebagai kumpulan kalamullah telah secara rinci dan lengkap untuk dijadikan panduan dasar umat islam dalam menjalani hidupnya. Tidak ada satupun yang tertinggal.
Ayat tersebut diperkuat lagi dengan hadits Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam yang artinya :
Dari Muththalib bin Hanthab : Sesungguhnya Rasulullah shallahu’alaihi wa sallam telah bersabda : “ Tidak aku tinggalkan sesuatupun/sedikitpun juga apa-apa yang Allah telah perintahkan kepada kamu, melainkan sesungguhnya telah aku perintahkan kepada kamu. Dan tidak aku tinmggalkan kepada kamu sesuatupun/sedikit pun juga apa-apa yang Allah telah larang/cegah kamu (mengerjakannya), melainkan sesungguhnya telah aku larang kamu dari mengerjakannya. “( Hadits ini di keluarkan oleh asy-Syafi’iy di kitabnya ar Risalah dan B ahaiqiy dikitab Sunannya
.
Dari riwayat yang shahih bahwa seorang yahudi pernah berkata kepada salah seorang sahabat Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, bahwa agama islam itu sangat lengkap sampai-sampai cara beristinja’ pun diajarkan.
Dari riwayat tersebut sangat jelas tersirat makna bahwa hal yang kecil/sepele saja seperti beristinja’ setelah membuang hajat besar diajarkan apalagi hal-hal yang prinsif seperti yang berkaitan dengan aqidah dan ibadah tentu lebih jelas dan lengkap lagi.
Dari ayat al-Mai’dah dan hadits tersebut diatas secara terang dan bukti memberikan penjelasan kepada kita,bahwa agama kita ini( al-Islam) telah sempurna.Sehingga dia tidak memerlukan segala bentuk tambahan dan pengurangan sedikitpun juga.
Sebagai umat islam yang mengakui bertauhid kepada Allah dan mengakui Muhammad Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam sebagai nabi dan rasul panutan kita, maka kewajiban bagi kita untuk ta’at dan mencintai beliau.
Tidak ada cara dan alternatif lain yang wajib ditempuh setiap insan muslim selain mematuhi apa yang diperintahkan dan dilarang oleh Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam, sebagaimana yang sering disebut-sebutkan yaitu as-sunnah Rasul.
Allah berfirman :
“ Katakanlah,jika kalian benar-benar mencintai Allah,maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mengasihi kalian dan akan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan Allah Maha Pengampun lagiMaha Penyayang “ ( QS.Ali Imran : 31 )

Diantara larangan-larangan yang wajib dipatuhi oleh seorang muslim adalah larangan berbuat bid’ah, sebagaimana yang disebutkan dalam sabda Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam :
“Dari ‘Aisyah, ia b erkata : telah bersabda Rasulullah shallalahu’alaihi wasallam : “ Barang siapa yang mengadakan di dalam urusan (agama) Kami ini apa-apa yang tidak ada dariya,maka tertolak dia “( HR. Bukhari,. Muslim dll )
Selain dari itu ada pula hadits kedua :
“ Dari ‘Aisyah ia berkata : “ Telah bersabda Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam : “ Barang siapa yang mengerjakan sesuatu amal yang tidak
Ada keterangannya dari kami ( Allah dan Rasul-Nya), maka tertolaklah amalnya itu. (HR. Muslim)

Bid’ah adalah hal yang baru dalam agama setelah agama itu sempurna . Atau sesuatu yang dibuat-buat setelah wafatnya Nabi shallalahu’alahi wa sallam berupa keinginan nafsu dan amal perbuatan.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengungkapkan bahwa : “ Bid’ah dalam islam, adalah : segala yang tidak disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya,yakni yang tidak diperintahkan baik dalam wujud perintah wajib atau berbentuk anjuran “
Sedangkan Imam Asy-Syathibi rahimahullah menyebutkan bahwa :” Bid;ah itu adalah satu cara dalam agama ini yang dibuat-buat, bentuk menyerupai ajrahn syari’at yang ada, tujuannya dilaksanakannya adalah untuk b erlenih-lebihan dalam ibadah kepada Allah “.

Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam dalam banyak hadits yang shahih mengajarkan dan memerintahkan banyak hal yang harus diikuti oleh umatnya. Harusnya sunah Rasulullah tersebutlah yang diikuti dan dilaksanakan, karena dengan mengikuti sunah Rasulullah shallalahu’alaihi wa sallam tersebut akan mendapatkan pahala.
Perbuatan mengikuti sunah seperti memelihara jenggot dan memotong kumis bagi kaun lelaki, sholat berjama’ah ke masjid, tidak meniru-niru atau mencontoh atau menyerupai kebiasaan umat lain ( tasyabbuh ) dan banyak yanmg lainnya lagi, jauh lebih bermanfaat dari pada menyanyikan shalawat dan kasidah bid’ah, karena perbuatan tersebut merupakan perbuatan dosa.
Rasulullah shallalahu’alahi wa sallam bersabda :
“Amma ba’du ! Maka sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah ( al-Qur’an) dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallalahu’alaihi wa sallam. Dan sejelek-jelek urusan adalah yang baru (muhdats) dn setiap muhdats adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat dan setiap kesesatan tempatnya di neraka. “

K h a t i m a h


Dalam melakukan amalan yang berkaitan dengan agama secara umum dan khususnya dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala syari’at telah menggariskan untuk mempedomani apa-apa yang dicontohkan dan diperintahkan oleh Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam kepada para sahabat radhyallahu’anhum yang kemudian diwariskan kepada para ulama salafus shalih hingga sampai kepada umat islam sampai akhir zaman. Dimana semua itu tertuang dalam hadits-hadits yang shahih dan wajib untuk diikuti oleh umat islam tanpa terkecuali. Sehingga tidaklah sepatutnya kita berpedoman kepada apa yang diamalkan oleh mayoritas umat islam, karena meskipun mayoritas umat islam melakukannya, tetapi bila tidak sesuai dengan asd-Sunnah maka itu termasuk ke dalam katagori mengada-adakan hal yang baru yang lebih dikenal dengan sebutan bid’ah.
( Wallahu ‘alam )

Sumber bacaan :
1. Al-Qur’an dan Terjemahan
2. Ensiklopedi hadits Kitab 9 imam ( Software )Lidwa Pusaka
3. Risalah bid’ah oleh Abdul Hakim bin Amir Abdat
4. Al-Firqotun Najiyah Jalan Hidup Golongan Yang
Selamat oleh Syaikh Muhammad bin Jamil Zainu
5. Mengupas Sunnah Membedah Bid’ah oleh Dr. Said
Bin Ali bin Wahf al-Qahtani.
6. Ayat-ayat Larangan dan Perintah Dalam al-Qur’an KH. Qamaruddin Shaleh dkk

Tepian Mahakam, waktu dhuha, 3 Dzulhijjah 1432 H/9 Nopember 2011
( by: musni japrie )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar