Gambar ilustrasi
waktu demi waktu berganti, siang dan malam silih berganti menjadi hitungan minggu, bulan, dan tahun. Pergantian waktu tersebut sejalan dengan perputaran bumi pada porosnya serta pergerakan matahari mengelilingi bumi tiada hentinya sesuai dengan sunatullah.
Karena perputaran matahari mengitari
bumi tersebut maka terjadilah pergantian dan perhitungan waktu sebagaimana yang
telah digariskan Allah subahanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :
فَالِقُ الإِصْبَاحِ وَجَعَلَ
اللَّيْلَ سَكَنًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ حُسْبَانًا ذَلِكَ تَقْدِيرُ
الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ
“Dia
menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat, dan (menjadikan)
matahari dan bulan untuk perhitungan. Itulah ketentuan Allah Yang Maha Perkasa
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al An’am: 96
)
Dengan silih bergantinya malam dan
siang yang secara terus menerus secara rutin, dewasa ini kita telah berada
dipenghujung tahun 2012 Masehi yang mendasarkan perhitungannya pada rotasi
matahari. Dan sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2013 sebagai tahun yang
harus dilalui sebagaimana tahun-tahun sebelumnya.
Begitu cepat rasanya waktu berlalu,
tahun 2012 sebentar lagi akan ditinggalkan dan tahun 2013 telah berada diambang
pintu, begitu pula menurut perhitungan angka umur manusia semakin meningkat.
Bayi tumbuh berkembang menjadi balita, balita menjadi menjadi anak-anak,
anak-anak menjadi remaja, remaja menjadi pemuda selanjutnya menjadi dewasa dan dewasa
semakin mendekati lanjut usia (lansia) atau mendekati umur diambang senja.
Kondisi sedemikian telah secara
tegas dinyatakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam firman-Nya :
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن
ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ
ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاء وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah,
kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian
Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia
menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha
Kuasa”(QS. Ar Ruum : 54 )
Meskipun menurut perhitungan angka
perubahan waktu umur umur manusia semakin meningkat, namun pada hakekatnya
dalam perhitungan batas umur yang telah digariskan oleh Sang Maha Pencipta
secara pasti manusia semakin mendekati garis limit dari umurnya. Selanjutnya
kelak kita akan menuju alam barzah (alam kubur ) sebagai alam peralihan
(transisi) untuk dibangkitkan kembali di alam akhirat , sesuai dengan Firman
Allah subahanahu wa ta’ala :
وَأَنَّ السَّاعَةَ آتِيَةٌ لَّا
رَيْبَ فِيهَا وَأَنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ مَن فِي الْقُبُورِ
“dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah datang, tak ada
keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur.”
( QS. Al Hajj : 7 )
Apa Yang Telah Diperbuat
Dalam sebuah hadits yang
diriwayatkan Imam Tirmidzi Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda :
سنن الترمذي ٢٣٤٠: حَدَّثَنَا حُمَيْدُ
بْنُ مَسْعَدَةَ حَدَّثَنَا حُصَيْنُ بْنُ نُمَيْرٍ أَبُو مِحْصَنٍ حَدَّثَنَا حُسَيْنُ
بْنُ قَيْسٍ الرَّحَبِيُّ حَدَّثَنَا عَطَاءُ بْنُ أَبِي رَبَاحٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ
عَنْ ابْنِ مَسْعُودٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ لَا تَزُولُ قَدَمُ ابْنِ آدَمَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عِنْدِ رَبِّهِ
حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ خَمْسٍ عَنْ عُمُرِهِ فِيمَ أَفْنَاهُ وَعَنْ شَبَابِهِ فِيمَ
أَبْلَاهُ وَمَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَ أَنْفَقَهُ وَمَاذَا عَمِلَ فِيمَا
عَلِمَ
قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ غَرِيبٌ
لَا نَعْرِفُهُ مِنْ حَدِيثِ ابْنِ مَسْعُودٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ الْحُسَيْنِ بْنِ قَيْسٍ وَحُسَيْنُ بْنُ قَيْسٍ يُضَعَّفُ
فِي الْحَدِيثِ مِنْ قِبَلِ حِفْظِهِ وَفِي الْبَاب عَنْ أَبِي بَرْزَةَ وَأَبِي سَعِيدٍ
Sunan Tirmidzi 2340: dari
Ibnu Umar dari Ibnu Mas'ud dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam beliau
bersabda: "Kaki Anak Adam tidaklah bergeser pada hari Kiamat dari sisi
Rabbnya sehingga ditanya tentang lima hal; tentang umurnya untuk apa dia
habiskan, tentang masa mudanya untuk apa dia pergunakan, tentang hartanya dari
mana dia peroleh dan kemana dia infakkan dan tentang apa yang telah dia lakukan
dengan ilmunya."
Sejalan dengan hadits diatas maka berketepatan dengan berakhirnya tahun
2011 dan dimasukinya sejarah barun tahun 2012 , seyogyanya kita semua kembali
merenungi sejarah hari-hari berlalu yang telah kita jalani, apa saja yang kita
perbuat sepanjang waktu satu tahun berlalu. Sebagai invidu manusia perlu untuk
melakukan perhitungan atas dirinya sendiri ( muhasabah) . Hal itu sejalan
dengan apa yang dimaksud dalam hadits berikut ini“;
سنن الترمذي ٢٣٨٣: حَدَّثَنَا
سُفْيَانُ بْنُ وَكِيعٍ حَدَّثَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ عَنْ أَبِي بَكْرِ بْنِ
أَبِي مَرْيَمَ ح و حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ عَوْنٍ أَخْبَرَنَا ابْنُ الْمُبَارَكِ عَنْ أَبِي
بَكْرِ بْنِ أَبِي مَرْيَمَ عَنْ ضَمْرَةَ بْنِ حَبِيبٍ عَنْ شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ
الْمَوْتِ وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
قَالَ هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ قَالَ
وَمَعْنَى قَوْلِهِ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ يَقُولُ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا
قَبْلَ أَنْ يُحَاسَبَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيُرْوَى عَنْ عُمَرَ بْنِ
الْخَطَّابِ قَالَ حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا
لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى
مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا وَيُرْوَى عَنْ مَيْمُونِ بْنِ مِهْرَانَ
قَالَ لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ
شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ
Sunan Tirmidzi 2383: dari
Syaddad bin Aus dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam beliau bersabda:
"Orang yang cerdas adalah orang yang mempersiapkan dirinya dan beramal
untuk hari setelah kematian, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya
mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah." Dia berkata:
Hadits ini hasan, dia berkata: Maksud sabda Nabi "Orang yang mempersiapkan
diri" dia berkata: Yaitu orang yang selalu mengoreksi dirinya pada waktu
di dunia sebelum di hisab pada hari Kiamat. Dan telah diriwayatkan dari Umar
bin Al Khottob dia berkata: hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian
dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha
Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu
menghisab dirinya ketika di dunia." Dan telah diriwayatkan dari Maimun bin
Mihran dia berkata: Seorang hamba tidak akan bertakwa hingga dia menghisab
dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan
pakaiannya."
Kita sebagai individu manusia dalam kehidupan sehari-hari bertindak dan menjalankan fungsi dan perang masing-masing
yang berbeda-beda, baik bagai seorang pemuda, selaku suami/isteri, seorang ayah
dan kepala rumah tangga, sebagai isteri dan ibu rumah tangga, sebagai
karyawan/karyawati atau pegawai negeri dan segala macam profesi tentunya telah
menjalankan peran dan fungsinya masing-masing sesuai dengan eksistensinya.
Peran dan fungsi sebagai amanah dari
Allah subhanahu wa ta’ala kepada segenap insan tentunya harus dijalankan sesuai
dengan norma-norma dan hukum yang berlaku, baik norma-norma dan hukum yang
digariskan dalam syari’at agama berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah, juga
norma-normat dalam kemasyarakatan serta undang-undang permerin tah yang
berlaku.
Selaku remaja atau anak muda
generasi penerus apakah yang telah kalian lakukan sepanjang tahun ini, apakah
pergaulan kalian telah sejalan dengan tuntunan syari’at, terlibatkah kalian
dalam mabuk-mabukan dengan minuman keras, obat-obatan terlarang ( narkotika),
perkelahian antar remaja dan tindak-tindakan kemaksiatan serta tidak senonoh
lainnya ?
Bagi seorang suami, ayah dari
anak-anak dan kepala rumah tangga sudahkah dijalankan sdengan benar, bagaimana
menjadi suami yang baik bagi isteri, apakah kita sudah menjadi seorang ayah dan
seorang kepala rumah tangga yang baik, yang patut diteladani oleh anggota
keluarga , sudahkah kita melaksanakan apa-apa yang diperintahkan oleh syari’at
agama kita dan meninggalkan segala bentuk larangan agama, atau kita melakukan
hal-hal yang sebaliknya, apa yang kita berikan kepada keluarga, apakah
bersumber dari yang halal atau haram?
Selanjutnya bagi seorang pegawai
negeri dan karyawan sudahkah kita berdisiplin sebagaimana yang diharapkan,
sudahkah kita melakukan kewajiban-kewajiban yang dibebankan kepada kita,
sudahkan kita jauhkan tindakan-tindakan yang tercela yang tidak boleh
dilakukan. Begitu pula selaku seorang pemimpin, apakah kita telah menjauhi
tindakan yang hanya menguntungkan kepentingan pribadi dengan menimbulkan
kerugian berbagai pihak.
Dan yang paling utama kita sebagai
individu-individu muslim, perlu merenungi diri kita sendiri tentang apakah kita
sudah melakukan perbuatan amal shalih yang diperintahkan oleh syari’at,
menjauhkan segala bentuk larangan, sudahkah kita menjauhi segala bentuk
perbuatan maksiat yang berbuah dosa, apakah kita pernah melakukanperbuatan
zalim terhadap sesama manusia atau melakukan kezaliman atas diri kita sendiri.
Lembaran-lembaran masa lalu
merupakan sejarah hidup kita secara amat rinci dan itulah yang kelak akan
disodorkan kepada kita untuk dibaca di hadapan Allah pada hari perhitungan
nanti. Allah subahanahu wa ta’ala berfirman :
اقْرَأْ كَتَابَكَ كَفَى بِنَفْسِكَ
الْيَوْمَ عَلَيْكَ حَسِيبًا
"Bacalah
kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada waktu ini sebagai penghisab terhadapmu"
(QS. Al Israa’ : 14).
Firman Allah subhanahu wa ta’ala
tersebut lebih dipertegas lagi dengan firman-Nya :
وَتَرَى كُلَّ أُمَّةٍ جَاثِيَةً
كُلُّ أُمَّةٍ تُدْعَى إِلَى كِتَابِهَا الْيَوْمَ تُجْزَوْنَ مَا كُنتُمْ
تَعْمَلُونَ
“Dan
(pada hari itu) kamu lihat tiap-tiap umat berlutut. Tiap-tiap umat dipanggil
untuk (melihat) buku catatan amalnya. Pada hari itu kamu diberi balasan
terhadap apa yang telah kamu kerjakan. “ ( QS. Al Jaatsiyah : 28)
Justeru itu lebih tepat apabila
sebelum tibanya hari panggilan akhirat kelak kita semua mau mengadili diri
sendiri
Dengan merenungi sejarah hidup tahun
yang telah berlalu sebagai intropeksi atau evaluasi yang dalam Islam dinamakan muhasabah
Bagaimanakah Hari Esok
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ
إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah
diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. ( QS. Al Hasyr: 18 )
Ibnu Qaiyim Al Jauzi rahimahumullah
dalam menafsirkan ayat tersebut berkata : Maksud “ memperhatikan” dalam ayat
tersebut diatas ialah memperhatikan kelengkapan persiapan untuk ,menmyongsong
hari akhirat, menmdahulukan apa yang bisa menyelamatkannya dari siksa Allah,
agar wajahnya menjadi bersih di sisi Allah.Umar Ibnu Khattab radhyallahu’anhum
pernah berkata : “ Hisapblah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah
diri kalian sebelum kalian ditimbang dan berhiaslah kalian untuk menghadapi
hari penampakan yang agung “
Disebutkan dalam sebuah hadits bahwa
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda
“Orang
yang hari ini sama dengan hari kemarin, atau orang yang hari esok sama dengan
hari ini, orang itu akan merugi. Orang yang hari ini lebih buruk dari hari
kemarin orang itu sungguh celaka, tetapi apa bila hari ini lebih b aik dari
kemarin, atau hari esok lebih baik dari hari ini, maka orang itu akan beruntung”
( al-Hadits )
Dari hadits yang dikutip di atas
nyatalah bagi kita, bahwa sebagai manusia di dalam melakoni hidup ini kita
dituntut dalam setiap gerak kehidupan berbuat yang lebih baik dari hari kemarin
, begitu pula tentunya hari esok harus dibuat menjadi lebih baik daripada hari
ini. Sehingga kita termasuk dalam golongan orang yang beruntung.
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman
:
مَّنِ اهْتَدَى فَإِنَّمَا يَهْتَدي
لِنَفْسِهِ وَمَن ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا وَلاَ تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ
أُخْرَى وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولاً
“Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah),
maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan
barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya
sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami
tidak akan meng'azab sebelum Kami mengutus seorang rasul.”(QS. Al
Isra : 15 )
Apabila diantara dan kita sementara
ini termasuk golongan yang merugi ataupun termasuk golongan yang celaka maka
harus diusahakan untuk mendekatkan diri dan meminta pertolongan kepada Allah
subhanahu wa ta’ala. Cobalah untuk mengubah cara dan pola hidup yang lebih
mendekatkan kita kepada perbuatan-perbuatan yang berbakitan dengan kebaikan dan
melupakan perbuatan-perbuatan yang kurang atau tidak terpuji dan tidak
bermoral. Kerjakanlah segala bentuk perintah syari’at agama berdasarkan
al-Qur’an dan as-Sunnah, tinggalkan dan jauhkan segala apa saja yang dilarang.
Meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan perbuatan munkar. Insya Allah kita
akan menjadi orang-orang yang tergolong dalam kelompok orang-orang yang
beruntung.
Setelah kita merenung dengan
ber-muhasabah dan berhasil mendapatkan kelemahan-kelemahan diri sendiri selama
kurun waktu satu tahun yang lalu, maka berjanjilah pada diri kita sendiri dan
bertaubat untuk tidak melakukan kembali kesalahan-kesalahan dimasa lampau.
Niscaya kita akan mendapatkan hari esok yang lebih baik dari hari ini.
Songsonglah hari esok yang lebih cerah dengan rasa optimisme dan berserah diri
kepada Allah subhanahu wa ta’ala, Insya Allah, Allah akan melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya dan akan memberikan bimbingan kepada kita kejalan yang
diridhai-Nya.
( Wallaahu’alam bishawab )
Samarinda, ba’da dhuha, Minggu, 9
Shafar 1434 H / 24 Desember 2012
(Musni Japrie )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar