Mengingat pentingnya menjadikan
agama sebagai budaya/kebisaan dalam kehidupan sehari-hari bagi setiap muslim,
maka perlu dilakukan berbagai langkah usaha antara lain :
1.
Menuntut ilmu syar’i
Seseorang tidak akan dapat
mengetahui secara benar bagaimana cara beragama yang sesuai dengan syari’at
yang telah digariskan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah apabila tidak mempunyai
ilmu. Sehingga ilmu adalah kunci masuk untuk dapat mengamalkan segala apa yang
diperintahkan dan meninggalkan apa yang menjadi larangan.Karena ilmu agama lah
yang akan menyelamatkan kita dari segala kejelekan dan kebinasaan.
Menuntut ilmu agama selain
memberikan bekal bagi penuntutnya sehingga mempunyai kemampuan juga mempunyai
banyak keutamaan antara lain sebagaimana yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan Abu Daud sbb :
سنن أبي داوود ٣١٥٧: حَدَّثَنَا
مُسَدَّدُ بْنُ مُسَرْهَدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ دَاوُدَ سَمِعْتُ
عَاصِمَ بْنَ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَةَ يُحَدِّثُ عَنْ دَاوُدَ بْنِ جَمِيلٍ عَنْ
كَثِيرِ بْنِ قَيْسٍ قَالَ
كُنْتُ جَالِسًا مَعَ أَبِي
الدَّرْدَاءِ فِي مَسْجِدِ دِمَشْقَ فَجَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا أَبَا
الدَّرْدَاءِ إِنِّي جِئْتُكَ مِنْ مَدِينَةِ الرَّسُولِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لِحَدِيثٍ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَا جِئْتُ لِحَاجَةٍ قَالَ فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ
فِيهِ عِلْمًا سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا مِنْ طُرُقِ الْجَنَّةِ وَإِنَّ
الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ وَإِنَّ
الْعَالِمَ لَيَسْتَغْفِرُ لَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِ وَمَنْ فِي الْأَرْضِ
وَالْحِيتَانُ فِي جَوْفِ الْمَاءِ وَإِنَّ فَضْلَ الْعَالِمِ عَلَى الْعَابِدِ
كَفَضْلِ الْقَمَرِ لَيْلَةَ الْبَدْرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ وَإِنَّ
الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا
دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنْ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ
وَافِرٍ
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْوَزِيرِ
الدِّمَشْقِيُّ حَدَّثَنَا الْوَلِيدُ قَالَ لَقِيتُ شَبِيبَ بْنَ شَيْبَةَ
فَحَدَّثَنِي بِهِ عَنْ عُثْمَانَ بْنِ أَبِي سَوْدَةَ عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ
يَعْنِي عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ\
Sunan Abu Daud 3157: dari Katsir bin Qais ia berkata, "Aku
pernah duduk bersama Abu Ad Darda di masjid Damaskus, lalu datanglah seorang
laki-laki kepadanya dan berkata, "Wahai Abu Ad Darda, sesungguhnya aku
datang kepadamu dari kota Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam karena sebuah
hadits yang sampai kepadaku bahwa engkau meriwayatannya dari Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam. Dan tidaklah aku datang kecuali untuk itu."
Abu Ad Darda lalu berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda: "Barangsiapa meniti jalan untuk
menuntut ilmu, maka Allah akan mempermudahnya jalan ke surga. Sungguh, para
Malaikat merendahkan sayapnya sebagai keridlaan kepada penuntut ilmu. Orang
yang berilmu akan dimintakan maaf oleh penduduk langit dan bumi hingga ikan
yang ada di dasar laut. Kelebihan seorang alim dibanding ahli ibadah seperti
keutamaan rembulan pada malam purnama atas seluruh bintang. Para ulama adalah
pewaris para nabi, dan para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham, mereka
hanyalah mewariskan ilmu. Barangsiapa mengambilnya maka ia telah mengambil
bagian yang banyak."
Banyak cara yang dapat dilakukan
untuk menuntut ilmu, antara lain melalui jalur pendidikan formal dibangku
sekolah dan pesantren atau mahad, sedangkan pendidikan non formal dapat
ditempuh melalui mengikuti/menghadiri majelis pengajian/ilmu atau mejelis
ta’lim, mempelajari buku-buku agama, melalui atau menggunakan falisitas
teknologi informasi/internet yang begitu
banyak menyajikan kontens berisi artikel yang membahas agama secara lengkap.
Patut untuk menjadi perhatian bagi
kita seluruhnya bahwa orang bodoh yang tidak memiliku ilmu tentang
agama akan sulit untuk merasa takut
kepada Allah, karena Rabbul ‘alamin telah berfirman,
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ
وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَلِكَ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ
عِبَادِهِ الْعُلَمَاء إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan je- nisnya).
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama
( orang yang berilmu )]. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Ma- ha
Pengampun.(QS.Faathir : 28 )
Cabang-cabang ilmu agama yang perlu
mendapatkan perhatian untuk dipelajari dan didalami antara lain tentang
aqidah/tauhid, fiqih, adab dan akhlak
dan banyak petunjuk-petunjuk penting
lainnya . Syarat untuk berhasilnya perolehan ilmu agama itu adalah perlunya keseriusan dan
istiqomah tidak setengah-setengah serta diperlukan kesabaran. Karena istiqomah
dan kesabaran itu adalah kunci keberhasilan dalam menuntut ilmu. Tanpa
istiqomah dan kesabaran dalam menuntut ilmu mustahil ilmu yang diharapkan dapat
diperoleh.
Menuntut ilmu itu dilakukan harus
berkelanjutan dan terus tanpa henti sampai akhir hayat, seseorang yang menuntut
ilmu mestinya merasa semakin dituntut ilmu itu maka semakin terasa bahwa ia
masih bodoh dan masih banyak dirasakan kekurangan dan semakin disadarinya masih banyak ilmu yang belum diketahuinya. Dengan
dimilikinya ilmu tentang agama sebagai ilmu yang bermanfaat , maka setiap umat
muslim dapat menjalankan segala perintah dan larangan yang diatur dalam
syari’at berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah sebagai amalan sehari-hari.
Sehubungan dengan itu menuntut ilmu
itu tidak boleh berhenti, melainkan terus berlanjut karena menuntut ilmu itu
sebagai mengkaji ulang sesuatu yang mungkin sudah terlupakan.
2.Mengamalkan /
mengaplikasikan seluruh ilmu yang telah diperoleh
Ilmu agama yang telah diperoleh
dengan susah payah tidak akan mempunyai arti dan tidak ada nilainya apabila
tidak diamalkan/diaplikasikan atau dipraktekkan dalam keseharian. Sehingga
setelah kita memperoleh sesuatu yang disyari’atkan meskipun sedikit harus
segera diterapkan atau diamalkan. Sebagai contoh apabila kita telah mengetahui
tentang dzikir pagi dan petang maka segera berusaha mendapatkan teks dzikir tsb
kemudian membacanya pada setiap pagi dan sore hari. Hal ini adalah sebagian
kecil membudayakan atau membiasakan agama dalam kehidupan sehari-hari.
Pengamalaan atau pengaplikasikan
segala sesuatu yang berhubungan dengan syari’at islam hendaknya dilakukan untuk
keseluruhan ,tidak boleh memilih atau membatasi diri hanya kepada yang mudah
atau yang gampang saja.Tidak hanya terbatas melakukan hal-hal yang bersifat
fardhu saja namun meninggalkan yang hal-hal yang bersifat sunnah., Tidak
memilah-milah urusan tertentu saja dan meninggalkan yang lainnya. Tidak
membatasi hanya kepada hal-hal yang dianggap utama namun meninggalkan hal-hal yang
dinilai kurang penting.
Syari’at islam yang didasarkan kepada
al-Qur’an dan as-Sunnah sesungguhnya sangatlah lengkap, sampai-sampai kepada
hal yang kecil dan dianggap remeh telah diatur , sebagai contoh tentang
tatacara bagaimana adab buang air diajarkan dalam sunnah Rasul. Apalagi
terhadap hal-hal yang penting dan utama tentunya juga diatur secara lengkap.
Aturan-aturan tersebut seyogyanya diterapkan dan dijadikan budaya dalam
kehidupan sehari-hari oleh segenap umat muslim.
Membudayakan agama dalam kehidupan
sehari-hari oleh segenap umat islam dengan berpegang teguh kepada syari’at
berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah telah diperintahkan oleh Allah ta’ala
sesuai firman-Nya dalam al-Qur’an surah Az
Zukhruf (43) ayat 43 :
فَاسْتَمْسِكْ بِالَّذِي أُوحِيَ
إِلَيْكَ إِنَّكَ عَلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ
Maka berpegang teguhlah kamu kepada agama yang telah diwahyukan
kepadamu. Sesungguhnya kamu berada di atas jalan yang lurus.
Umat muslim yang membudayakan agama
dalam kehidupan sehari-harinya adalah orang-orang beriman kepada Allah dan
berpegang teguh kepada agamanya
sebagai realisasi dari firman
Allah ta’ala dalam surah An Nisaa (4) ayat 175:
فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُواْ بِاللّهِ
وَاعْتَصَمُواْ بِهِ فَسَيُدْخِلُهُمْ فِي رَحْمَةٍ مِّنْهُ وَفَضْلٍ
وَيَهْدِيهِمْ إِلَيْهِ صِرَاطًا مُّسْتَقِيمًا
Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan berpegang teguh
kepada (agama)-Nya niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat yang
besar dari-Nya (surga) dan limpahan karunia-Nya. Dan menunjuki mereka kepada
jalan yang lurus (untuk sampai) kepada-Nya.
Dengan menjadikan agama sebagai
budaya dalam kehidupan sehari-harinya oleh segenap kaum muslimin, berarti
mereka telah menyerahkan dirinya kepada Allah ta’ala .Allah ta’ala
berfirman dalam surah Luqman (31) ayat
22-
وَمَن يُسْلِمْ وَجْهَهُ إِلَى
اللَّهِ وَهُوَ مُحْسِنٌ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَى وَإِلَى
اللَّهِ عَاقِبَةُ الْأُمُورِ
Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.
3.Istiqomah dan sabar
Membudayakan agama atau membiasakan
hidup dengan mengamalkan ajaran agama dalam
kehari-hariannya bagi umat muslim diperlukan keseriusan dan istiqomah
serta kesabaran.
Serius berarti dilakukan secara bersungguh-sungguh, karena bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu merupakan syarat mutlak untuk diperolehnya keberhasilan. Bagaimana amalan yang diperintahkan agama dapat dilaksanakan dengan baik kalau dilakukan dengan setengah hati dan ragu-ragu. Mengamalkan syari’at agama dalam kehidupan se-hari-hari penuh tantangan, hambatan dan godaan . Apabila tidak mempunyai kesungguhan maka begitu mendapatkan tantangan dan hambatan atau godaan sedikit saja langsung mundur.
Serius berarti dilakukan secara bersungguh-sungguh, karena bersungguh-sungguh dalam melakukan sesuatu merupakan syarat mutlak untuk diperolehnya keberhasilan. Bagaimana amalan yang diperintahkan agama dapat dilaksanakan dengan baik kalau dilakukan dengan setengah hati dan ragu-ragu. Mengamalkan syari’at agama dalam kehidupan se-hari-hari penuh tantangan, hambatan dan godaan . Apabila tidak mempunyai kesungguhan maka begitu mendapatkan tantangan dan hambatan atau godaan sedikit saja langsung mundur.
Godaan yang terbesar dalam
membiasakan diri mengamalkan syari’at agama di kehidupan sehari hari adalah
godaan dari syetan yang menghalangi manusia untuk melakukan keta’atan kepada
Allah dan Rasul, syetan mengajak agar manusia melakukan pelanggaran dengan
melakukan perbuatan mungkar dan maksiat.
Istiqomah dalam membudayakan atau
membiasakan diri mengamalkan ajaran agama bagi umat muslim adalah dengan
konsisten berpegang teguh kepada upaya yang dilakoni.
Istiqomah dalam membudayakan agama berarti
konsisten dan berpegang teguh dengan amalan-amalan yang digariskan, konsisten
untuk setiap waktu dan keadaan dalam
mengamalkan seluruh perintah dan larangan. Seandainya hari ini dan hari-hari
sebelumnya telah melaksanakan apa yang
menjadi perintah dan meninggalkan apa yang dilarang oleh agama, maka
esok harinya dan hari hari berikutnya harus tetap melakukan amalan yang
yang dilakukan kemarin dan hari sebelumnya tsb. Jadi istiqomah dalam
membudayakan agama dalam kehidupan sehari hari adalah secara rutin mengikuti
petunjuk agama serta melanggengkannya
Kesabaran dalam membiasakan hidup sehari-hari sesuai
dengan tuntunan agama mutlak diperlukan, apalagi kalau pada hari-hari
sebelumnya kita belum terbiasa melakukannya, karena untuk berbuat kebaikan
butuh kesabaran kalau tidak sabar akan mundur dan syetan akan menyorakinya.
Dengan kesabaran insya Allah akhirnya apa yang diharapkan dapat diperoleh.
Wallahu ta’ala ‘alam
( B e r s a m b u n g )
Tepian Mahakam, 17 Syawal 1437 H
By : Abu Farabi al-Banjari
Sumber :
Ensiklopedi Kitab Hadits 9 Imam , www.Lidwapusaka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar